Karena dianggap bertentangan dengan Galen, Michael Servetus dianggap menyimpang. Hukumannya, dirinya dan buku Christianismi Restitutio karyanya pun dibakar. Penemuan sirkulasi dalam paru-paru menjadi hal yang penting dan mengundang banyak perdebatan dalam dunia kedokteran. Pendapat yang diyakini selama ini, teori mengenai sirkulasi paru-paru — kaitan antara pernapasan dan peredaran darah — ditemukan oleh ilmuwan Eropa mulai abad ke-16. Penggiatnya berturut-turut adalah Servetus, Vesalius, Colombo, dan terakhir Sir William Harvey dari Kent, Inggris. Namun penelusuran sejarah lebih lanjut, dengan meneliti berbagai manuskrip dan objek sejarah lain, maka kejelasan mulai diungkapkan: penemu sirkulasi paru-paru adalah Ibnu Al-Nafis, ilmuwan Muslim abad ke-13. Adalah Dr Muhyo Al-Deen Altawi, fisikawan Mesir, yang mulai menyusur kanal-kanal sejarah sejak tahun 1924. Ia menemukan sebuah tulisan berjudul Commentary on the Anatomy of Canon of Avicenna di perpustakaan nasional Prussia, Berlin (Jerman). Saat itu, ia tengah belajar mengenai sejarah Kedokteran Arab di Albert Ludwig’s University Jerman.
Tulisan dalam bentuk diktat itu, merunut pada konteks waktunya, dianggap sebagai karya tulis terbaik yang merangkai secara detil topik-topik anatomi, patologi, dan fisiologi. Diktat yang belakangan diketahui sebagai karya Ibnu Al Nafis ini juga mengungkap sesuatu yang mengejutkan: deskripsi pertama di dunia mengenai sirkulasi paru-paru!
Ia menguraikan lebih jauh konsep yang dipancangkan ilmuwan sebelumnya, Galen, pada abad ke-2. Konsep sirkulasi yang dikembangkan Galen menyebut adanya ‘lorong rahasia’ antara dua bilik jantung. Ia menguraikan bagaimana darah mencapai bagian kanan jantung dan bergerak menuju pori-pori yang tak terlihat di cardiac septum menuju bagian kiri jantung. Di sana darah bertemu dengan udara dan membangun sebuah ‘kekuatan’ sebelum diedarkan ke seluruh tubuh. Menurut Galen, sistem vena merupakan bagian yang terpisah dari sistem arteri saat mereka ‘kontak’ dalam pori-pori tak terlihat itu.
Namun, Ibnu Al-Nafis, berdasar pengetahuannya yang mendalam terhadap anatomi, memikirkan hal yang berbeda:
“…Darah dari kamar kanan jantung harus menuju bagian kiri jantung, namun tak ada bagian apapun yang menjembatani kedua bilik itu. Sekat tipis pada jantung tidak berlubang. Dan bukan seperti apa yang dipikirkan galen, tak ada pori-pori tersembunyi di dalam jantung. Darah dari bilik kanan harus melewati vena arteriosa (arteri paru-paru) menuju paru-paru, menyebar, berbaur dengan udara, lalu menuju arteria venosa (vena paru-paru) dan menuju bilik kiri jantung dan bentuk ini merupakan spirit vital…”
Dalam buku itu dia juga mengatakan:
“Jantung hanya memiliki dua kamar…dan antara dua bagian itu sungguh tidak saling terbuka. Dan, pembedahan juga membuktikan kebohongan yang mereka ungkapkan. Sekat antara dua bilik jantung lebih tipis dari apapun. Keuntungan yang didapat dengan adanya sekat ini adalah, darah pada bilik kanan dengan mudah menuju paru-paru, bercampung dengan udara di dalam paru-paru, kemudian didorong menuju arteria venosa ke bilik kiri dari dua bilik jantung…”
Mengenai anatomi paru-paru, Ibnu Al-Nafis menulis:
“Paru-paru terdiri dari banyak bagian, pertama adalah bronchi, kedua adalah cabang-cabang arteria venosa, dan ketiga adalah cabang-cabang vena arteriosa. Ketiganya terhubung oleh jaringan daging yang berongga.”
Dia menambahkan lebih detil mengenai sirkulasi paru-paru:
“… Yang diperlukan paru-paru untuk transportasi darah menuju vena arteriosa adalah keenceran dan kehangatan pada jantung. Apa yang merembes melewati pori-pori pada cabang-cabang pembuluh menuju alveoli pada paru-paru adalah demi percampurannya dengan udara, berkombinasi dengannya, dan hasilnya memjadi sesuatu yang diperlukan di bilik kiri jantung. Yang mengantar campuran itu ke bilik kiri arteria venosa.”
Kontribusi lain Ibnu Al Nafis adalah bantahannya tentang nutrisi bagi jantung. Avicenna menulis makanan jantung diekstrak dari pembuluh kecil dan didorong ke dinding. Kata Al Nafis:
“… Berbeda dengan pernyataannya (Avicenna-red) bahwa darah pada bagian kanan adalah untuk memberi makanan jantung adalah tidak benar sama sekali.”
Eropa terlambat memahami
Sayangnya, pengetahuan yang sungguh penting dalam dunia kedokteran ini hanya populer di dunia medis Arab. Eropa baru mengetahuinya 300 tahun kemudian, saat Andrea Alpago dari Belluno menerjemahkan karya Al nafis itu dalam bahasa Latin tahun 1547. Kemudian, Michael Servetus menjelaskan teori sirkulasi paru-paru dalam buku teologinya yang berjudul Christianismi Restitutio pada tahun 1553. Dia menulis: “…Udara dan darah bercampur dan dikirim dari paru-paru menuju jantung melalui pembuluh arteri; bagaimanapun, percampuran itu terjadi di paru-paru. Warna cerah akan diberikan paru-paru, bukan jantung.”
Dan, teori Servetus ini — yang terkesan menjiplak Al Nafis — dieksekusi oleh Gereja karena dianggap berlawanan dengan apa yang diajarkan oleh Galen. Konsekuensinya, ia bersama bukunya dibakar. Andreas Vesalius mengikuti jejak Servetus menerangkan teori sirkulasi paru-paru. Dalam bukunya, De Fabrica, ia menulis persis seperti apa yang diuraikan Al Nafis. Pada edisi pertama buku Vesalius (1543), ia setuju dengan pendapat Galen bahwa darah dari bilik kanan menuju bilik kiri melalui sebuah sekat tipis.
Namun pada edisi keduanya, tahun 1555, ia sedikit meralatnya dengan kalimat: “Saya masih belum melihat bagaimana sekat yang sungguh tipis itu bisa mengalirkan darah dari bilik kanan menuju bilik kiri.” Pendapat itu dikuatkan oleh Realdus Colombo (1559) dalam bukunya, De re Anatomica.
Penjelasan lebih rinci dikemukakan William Harvey. Pada tahun 1628 ia mendemonstrasikan langsung observasi anatomi di laboratorium hewan. Ia menjelaskan bagaimana darah berpindah dari bilik kanan, menuju paru-paru, lalu masuk ke bilik kiri jantung melalui vena paru-paru. Ia juga menunjukkan tak ada satupun pori-pori dalam sekat interventrikular jantung.
Ia menulis dalam monografnya: “Exercitatio anatomica de motu cordis et sanguinis in animalibus: Saya mulai berpikir tentang gerakan yang sangat cepat dalam lingkaran itu. Saya menemukan kebenaran bahwa darah dipompa dalam satu hentakan dari bilik kiri didistribusikan melalui pembuluh arteri ke seluruh bagian tubuh dan kembali melalui vena dan kembali ke bilik kanan, hanya setelah terkirim ke paru-paru dari bilik kanan.”
sumber: http://tausyah.wordpress.com/2010/09/25/ilmuwan-muslim-penemu-sirkulasi-pernafasan-ibn-al-nafis/
Islam Menjawab
Monday 27 December 2010
Tuesday 14 December 2010
Makna kata Allah
Menurut orang-orang “Kristen Radikal” informasi dari Robert morrey sangatlah bermanfaat untuk menyerang “ketuhanan islam”,seperti mendapatkan sebuah amunisi.
tetapi orang-orang yang begitu bersemangat untuk memberikan tuduhan seperti itu tidak berfikir panjang,bahwa faktanya didalam Al kitab banyak sekali menggunakan “istilah Allah”
maka ada sebagian orang-orang Kristen yang meyakini bahwa nama Allah sebagai nama “dewa bulan” , dan melihat realita didalam al kitab menggunakan istilah Allah maka mereka melakukan perubahan / penggantian nama Allah diganti dengan nama YHWH.
maka persoalan ini saya akan menyampaikan pandangan/tanggapan / penjelasan nama Allah dari berbagai sudut “Intelektual” baik yang masih Kristen ataupun dari Intelektual Islam.
pertama dari orang Kristen:
Banyak pertanyaan diajukan mengenai ‘Apakah Allah Islam sama dengan Allah Kristen?’ dan argumentasi yang banyak dikemukakan adalah bahwa ‘Allah Islam tidak sama dengan Allah Kristen’ alasannya ‘Karena ajaran keduanya berbeda!’. Pandangan ini tercermin dalam buku Dr. Robert Morey yang beredar bahkan dianut belakangan ini di kalangan tertentu di Indonesia:
“Islam claims that Allah is the same God who was revealed in the Bible. This logically implies in the positive sense that the concept of God set forth in the Quran will correspond in all points to the concept of God found in the Bible. This also implies in the negative sense that if the Bible and the Quran have differing views of God, then Islam’s claim is false.” (Islamic Invasion, Harvest House Publishers, 1992, h.57).
Definisi Morley ini memiliki kelemahan dasar berfikir yang fatal yang menganggap masalah-masalah teologi (ilmu sosial) bersifat eksakta dan mencampur adukkan pengertian soal ‘identitas’ dan ‘opini’ (meta basis). Dari dasar berfikir atau asumsi ini, maka dihasilkan kesimpulan bahwa (1) Bila Allah Islam adalah Tuhan Kristen, maka secara positif konsep keduanya mengenai Tuhan harusnya sama dalam setiap butirnya, sebaliknya secara negatif disebut bahwa (2) Bila Al-Quran dan Alkitab memiliki pandangan berbeda mengenai Tuhan, maka klaim Islam adalah salah.
Pandangan yang terlalu sederhana ini dengan mudah bisa digugurkan bila kita mengambil contoh soal ‘Suharto’ mantan presiden ORBA. Menurut definisi Morley, bila Suharto yang dimaksudkan oleh para pengikut ORBA sama dengan Suharto yang di demo mahasiswa, maka konsep keduanya mengenai Suharto akan sama dalam setiap butirnya. Faktanya sekalipun Suhartonya sama konsep keduanya berbeda. Bagi para pengikut ORBA, Suharto adalah bapak pembangunan yang membawa kesejahteraan dan mendatangkan kesatuan dan keamanan regional, padahal Suharto yang sama itu oleh para mahasiswa dianggap sebagai bapak pembangkrutan yang membawa kemiskinan karena KKN dan tiran yang membawa bangsa Indonesia kepada disintegrasi bangsa.
Mengapa berbeda? Dan kalau berbeda apakah klaim mahasiswa mengenai Suharto salah? Di sini kita berhubungan dengan dua soal yang tidak bisa dicampur adukkan satu dengan lainnya, yaitu bahwa Suharto sebagai pribadi (oknum) dengan namanya dan konsep orang (ajaran atau aqidah) mengenai oknum yang sama itu.
Soal yang sama terjadi dalam hubungan dengan pertanyaan mengenai apakah ‘Allah Islam sama dengan Tuhan Kristen?’. Jawabannya perlu kita lihat dari Kitab Suci Islam (Al-Quran) maupun Kristen (Al-Kitab), dan juga sejarah bangsa dan bahasa Semit.
EL SEMIT
Faktanya, bila kita membandingkan agama Yahudi (Alkitab Perjanjian Lama), Kristen (Alkitab Perjanjian Lama dan Baru), dan Islam (Al-Quran), kita dapat melihat bahwa ada butir-butir yang sama, namun banyak butir-butir lainnya yang tidak sama (jadi bukan semua sama atau semua tidak sama).
Bila kita melihat Alkitab PL, kita dapat mengetahui bahwa nama Tuhan ‘El/Elohim’ adalah pencipta langit dan bumi, manusia dan segala isinya. Dan ia juga Tuhan yang menyatakan dirinya kepada Adam, Nuh, Abraham, Ishak, dan Yakub. Agama Yahudi, Kristen dan Islam mempercayai itu semua, namun mereka berbeda dalam kepercayaan akan wahyu mana yang dari El yang sama itu yang dipercayai. Agama Yahudi mempercayai wahyu yang dibukukan menjadi Alkitab Perjanjian Lama, namun sekalipun agama Kristen menerima hal ini, agama Kristen juga mengakui penggenapan dalam Tuhan Yesus Kristus yang wahyunya dibukukan dalam Perjanjian Baru padahal Yahudi menolak.
“Katakanlah: Kami telah beriman kepada Allah dan (kitab) yang diturunkan kepada kami dan apa-apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Y’qub dan anak-anaknya, (begitu juga kepada kitab) yang diturunkan kepada Musa dan ‘Isa, dan apa-apa yang diturunkan kepada nabi-nabi dari Tuhan mereka, tiadalah kami perbedakan seorang juga di antara mereka itu dan kami patuh kepada Allah” (Al-Quran, Al-Baqarah, 2:136, Mahmud Yunus, Tafsir Quran Karim).
Agama Islam, sekalipun menerima kitab yang diterima Ibrahim, Ishak, Yakub dan Isa, namun lebih menerima kitab wahyu yang diterima Muhammad dari jalur Ismael, dan menerima kitab-kitab Ibrahim, Ishak, Yakub dan Isa sejauh diterima oleh Muhammad yang dipercayai sebagai nabi, dan sekalipun menerima kitab-kitab Yahudi dan Kristen, namun karena dianggap telah dipalsukan, maka kepercayaan kepada berita Al-Kitab terbatas hanya bila hal itu dikuatkan dalam Al-Quran.
Jadi, dari terang Alkitab (PL+PB) dan Al-Quran jelas terlihat bahwa sebagai oknum dengan namanya, Allah Islam adalah Tuhan Yahudi dan Kristen. Namun karena wahyu yang dipercayai berbeda, dengan sendirinya banyak pengajaran (aqidah)nya yang berbeda.
Agama Yahudi, kepercayaannya hanya bergantung kepada Perjanjian Lama, akibatnya mereka memandang Tuhan ‘El’ (yang sejak Musa diberi nama juga sebagai ‘Yahweh’ (Kel.6:1-2)) sebagai Tuhan monotheisme yang transenden dengan hukum Taurat sebagai pedoman, namun agama Kristen berbeda dan menerima kenyataan bahwa El Abraham itu juga telah menyatakan diri dalam oknum Yesus dalam ke-Tritunggalannya, dan hukum kasih/Injil menjadi pedomannya.
Islam mengikuti jalur Abraham mempercayai Tuhan ‘El’ itu yang dalam dialek Arab disebut ‘Allah’ (dari al-ilah). Dalam bahasa Ibrani kata sandang ‘the’ (‘al’ dalam dialek Arab dan ‘ha’ dalam dialek Aram-Siria namun diletakkan di belakang menjadi ‘alaha’) tidak digunakan bila menyebut Tuhan.
Dari sejarah kita mengetahui bahwa sejak awalnya ‘El’ bisa memiliki arti umum sebagai sebutan untuk ‘Tuhan/Ketuhanan’ dan ‘Elohim’ sering digunakan dalam arti kata jamak (politheistik) dan dipakai oleh suku-suku keturunan Sem (menjadi rumpun Semit) dan karena perkembangan zaman sering merosot sehingga dimengerti dalam berbagai-bagai ajaran aqidah, namun ‘El/Il’ juga digunakan untuk menyebut ‘nama diri’ Tuhan.
“‘Ilu, El’ sebagai sebutan untuk ketuhanan. Istilah ‘il mempunyai arti sebutan umum (generic appelative) untuk menunjuk pada ‘tuhan’ atau ‘ketuhanan’ pada tahap awal semua cabang utama rumpun bahasa Semit. Ini terlihat jelas di Semit Timur, Akadian kuno (ilu) dan dialek-dialek sesaudara dimulai zaman pra-Sargon (sebelum 2360 BC) dan berlanjut sampai akhir masa Babil. Penggunaan sebagai sebutan juga muncul di Semit Barat Laut, di Amrit (‘ilu, ‘ilum, ‘ila), di Ugarit, di Ibrani, dan umum di dialek-dialek Arab Selatan kuno, di Arab Utara digantikan dengan nama ‘ilah. ‘Ilu, El juga digunakan sebagai Nama Diri (proper name). … Di Semit Timur ada bukti kuno yang menunjukkan bahwa ‘Il’ adalah nama diri tuhan … tuhan Il (kemudian El Semit) adalah kepala ketuhanan pada rumpun Semit Mesopotamia pada masa Pra-Sargon.” (G. Johanes Botterwech, Theological Dictionary of the Old Testament, Vol.I, 242-244).
Dari sejarah ini kita dapat melihat bahwa ‘Allah’ di kalangan bangsa dan bahasa Arab tidak lain menunjuk pada ‘El’ Semit’ yang sama, ini dijelaskan dalam buku-buku teologi Kristen maupun Ensiklopedia Islam bahwa setidaknya bangsa Arab mewarisi tiga jalur nenek moyang yang semuanya mengenal ‘El Abraham’ yaitu sebagai keturunan Sem, Yoktan (keturunan Eber), dan Adnan (keturunan Ismael anak Abraham).
Bahwa ajaran/konsep mengenai ‘Allah’ (El) itu kemudian merosot dan makin tidak mendekati hakekat yang di’nama’kan dan ditujukan kepada pribadi lain seperti yang terjadi pada jalur Ishak (Kel.32, Anak Lembu Emas disebut ‘Elohim’ dan ‘Yahweh’) maupun jalur Ismael (masa jahiliah, dewa berhala disebut ‘Allah’), tentu tidak mengurangi hakekat nama itu sendiri sebagai menunjuk kepada ‘El’ semitik dan monotheisme Abraham. Namun, sekalipun diyakini bahwa ‘Allah’ Yahudi, Kristen dan Islam sama, tentu tidak disimpulkan bahwa Tuhan Semua Agama sama. Dalam pengertian ‘Universalisme’ (pluralisme agama) disebutkan bahwa semua agama itu menyembah Tuhan yang sama (universal) namun melalui jalan-jalan yang berbeda (partikular).
Kita harus menyadari bahwa setidaknya ada 4 golongan agama, yaitu (1) ‘Theisme’ – Tuhan yang berpribadi (Yahudi, Kristen, Islam), (2) ‘Monisme’ – Tuhan kekuatan semesta (Hindu-Upanishad, Tao dan Kebatinan), (3) Non-Theis – Tuhan yang ‘non-exist’ (Buddhisme), dan (4) Demonisme – Tuhan Okultis (satanisme). Bisa juga dimasukkan ‘politheisme’ (Hindu-Veda) sebagai golongan ke-5.
Sudah jelas ke-empat (atau ke-lima) bentuk Tuhan itu tidak sama, namun harus diakui bahwa Tuhan ‘Theisme’ (Yahudi, Kristen, Islam) adalah Tuhan Semitik agama samawi yang berpribadi, berfirman dan menurunkan wahyu kepada umatnya, jadi sekalipun kita menyebut Tuhan Theisme Yahudi, Kristen dan Islam menunjuk pada oknum yang sama namun sekalipun ada yang sama juga ada yang berbeda ajaran/aqidahnya, sedang Tuhan Theisme, Monisme, Non-Theisme, dan Demonisme jelas berbeda baik sebagai nama oknum maupun ajaran/aqidahnya.
Tetapi bagaimana dengan definisi yang dicantumkan dalam kamus-kamus dalam bahasa Inggeris? Disana disebutkan bahwa “Allah … Muslim’s name for God” (a.l. Oxford Dictionary & Grollier Ensyclopedia). Kita dapat membandingkan hal ini dengan definisi yang disebutkan dalam Enyclopaedia Britannica, yang sekalipun mengakui ke-khasan nama Allah dalam penggunaannya di kalangan agama Islam sebagai salah satu artinya, dalam arti yang lain jelas memberikan pengertian yang lebih ilmiah dan lebih mengandung kebenaran:
“Allah (Arabic:”God”), the one and only God in the religion of Islam. Etymologically, the name Allah is probably a contraction of the Arabic al-Ilah, “the God.” The name’s origin can be traced back to the earliest Semitic writings in which the word for god was Il or El, the latter being an Old Testament synonim for Yahweh. Allah is the standard Arabic word for “God” and is used by Arab Christians as well as by Muslims.”
Definisi yang benar ini juga disebutkan dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia dimana disebutkan bahwa: “ALLAH adalah Tuhan, pencipta alam raya termasuk segala isinya”. (Vol.I, h.270).
Memang dalam literatur Barat termasuk dalam beberapa kamus, ada sentimen kuat anti Arab/Islam sehingga sering timbul ungkapan-ungkapan memojokkan yang tidak ilmiah seperti ucapan Morley di atas yang memberi stigmata seakan-akan nama ‘Allah’ itu nama dewa/i masa jahiliah Arab seperti Dewa Pengairan atau Dewa Bulan, namun banyak pula literatur Barat yang lebih bersifat netral dan ilmiah seperti Ensyclopaedia Britannica dan umumnya kamus-kamus teologia yang menyebut bahwa nama ‘Allah’ adalah nama dalam dialek/bahasa Arab untuk menunjuk pada ‘El’ Semitik, dan juga digunakan oleh orang Arab pra-Islam (terutama kaum Hanif yang tetap mempertahankan Allah monotheisme Abraham) maupun bangsa Arab yang menganut agama Yahudi dan Kristen:
“Karena Islam memperbaiki agama yang dibawa Ibrahim, yakni agama fitrah, maka jahiliyah dipandang sebagai sebuah zaman sebelum kedatangan Islam, ibarat kegelapan sebelum terbit fajar. Pada zaman ini ajaran monotheisme Ibrahim telah musnah berganti dengan sitem paganisme, dan diwarnai dekadensi moral. Sejumlah berhala sesembahan didatangkan ke Makkah dari berbagai negeri di Timur Tengah. Namun tidak semua warga Arab pada saat itu menganut sistem keyakinan pagan, melainkan terdapat beberapa suku Arab memeluk agama Kristen dan Yahudi. Bahkan terdapat sejumlah pribadi yang menekuni dunia spiritual, mereka itu dinamakan ‘hunafa’ (tgl. hanif) yang mana mereka tidak memihak kepada satu di antara kedua agama tersebut, melainkan mereka bertahan pada ajaran monotheisme Ibrahim”. (Cyrill Glasse, Ensiklopedia Islam, h.190, dibawah kata al-Jahiliah).
Kenyataan ini juga diperkuat dengan ditemukannya peninggalan arkeologis beberapa abad sebelum masa Islam abad-VII (yang secara keliru disebut dalam buku Morley bahwa Alkitab dalam bahasa Arab baru ada pada abad-IX dan menggunakan nama Allah karena dipaksa orang Islam dan bandingkan dengan buku-buku yang bertema ‘Asal bukan Allah’ yang menganggap orang Islam tidak menyukai orang Kristen menggunakan nama ‘Allah’). Suatu pengingkaran sejarah yang dihasilkan semangat Arab/Islam fobia, sebab jauh sebelum ada agama Islam nama Allah sudah digunakan bersama-sama oleh umat Yahudi Arab, Kristen Arab dan bangsa Arab pra-Islam.
Namun, kalau ‘El’ (Ibrani) sama dengan ‘Alaha’ (Aram-Siria) dan ‘Allah’ (Arab), mengapa tidak memilih saja ‘El/Elohim’ yang merupakan bahasa aslinya?
Tuhan dalam menyebarkan firmannya menggunakan kendaraan bahasa-bahasa. Pada zaman Ezra, Alkitab Ibrani sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Aram, dan sejak itu sampai abad ke-XIX bahasa Ibrani hanya digunakan dalam penulisan/penyalinan Kitab Suci saja. Ketika bahasa Yunani menguasai kawasan sekitar Laut Tengah, atas perintah imam besar di Yerusalem, Eliezer, Alkitab PL diterjemahkan dari bahasa Ibrani ke bahasa Yunani (Septuaginta/LXX), inilah yang digunakan Yesus, para Rasul, umat Kristen dan dipakai juga di sinagoga-sinagoga. Demikian juga di hari Pentakosta, Roh Kudus sendiri mengilhami para Rasul untuk mengkotbahkan firman (termasuk nama El/Theos) ke bahasa-bahasa pendengar, dalam arti kata penerjemahan nama Tuhan ke dalam bahasa-bahasa lokal didorong oleh Roh Tuhan/Kudus sendiri.
Berbeda dengan ‘El’ yang diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani sebagai ‘Theos’ dan bahasa Barat sebagai ‘God, Gott, Dieu’, maka nama ‘Allah’ (Arab) sebenarnya bukan terjemahan melainkan perkembangan dialek dalam rumpun Semit sendiri untuk menyebut El (di samping a.l. Alaha dalam bahasa Aram-Siria).
Islam sudah masuk ke Indonesia sejak abad ke-XIII, Kristen Katolik baru masuk abad ke-XVI dan Protestan pada abad ke-XVII, ini berarti sudah tiga abad lebih dimana agama Islam dan bahasa Arab sudah merakyat di Indonesia, dan kemudian nama ‘Allah’ masuk menjadi kosa-kata bahasa Indonesia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, dalam bahasa Indonesia, ada banyak kosa-kata yang berasal dari bahasa asing, yaitu bahasa Arab (1.495, termasuk kata ‘Allah’), Inggeris (1.610), dan Belanda (3.280), maka adalah tepat bila kata yang sekarang menjadi kosa-kata Indonesia itu dipakai untuk menyebut El/Elohim Perjanjian Lama dan Theos Perjanjian Baru dalam Alkitab terjemahan bahasa Indonesia, karena kata itu bukan saja dekat tetapi termasuk keluarga serumpun Semit dengan bahasa Ibrani.
Salam kasih dari Herlianto/YBA.
kemudian bisa kita baca juga yang ini:
MENJAWAB HUJATAN PARA PENENTANG ALLAH DI DALAM ALKITAB
Baru-baru ini beberapa gereja-gereja dan segelintir umat Kristen diresahkan dengan terbitnya “Alkitab Eliezer ben Abraham” berjudul Kitab Suci Taurat dan Injil. Tidak kurang juga orang Kristen telah bingung dengan gerakan ini. Gerakan ini menuntut agar istilah Allah dalam Kitab Suci umat Kristian dihapuskan. Alasannya, nama Allah itu kononnya berasal dari “dewa air” yang mengairi bumi.
Saya sendiri sudah pernah menanggapi usul kontroversial ini dengan menggelar seminar yang menghadirkan pembicara Muslim dari IAIN Syarif Hidayatullah, Dr. Kautsar Azhari Noer.(1) Rekan Muslim saya ini menanggapi dengan kepala dingin, seraya mengatakan: “Itu hanya gerakan kaum awam yang tidak perlu ditanggapi.: Mengapa? Menurut Kautsar, “Setiap agama mengenal kontekstualisasi atau inkulturasi.” Ya, memang dulu istilah Allah pernah dipakai di lingkungan orang-orang jahiliah sebelum zaman Islam. Tetapi Islam justru datang untuk mengubah makna teologis istilah itu.
SEKITAR PENYIMPANGAN NAMA YAHWEH DAN ALLAH
Setelah seminar tersebut, reaksi berdatangan dari pihak “penentang Allah”. Bahkan terbit traktat baru yang khusus menanggapi makalah saya. Saya sendiri memutuskan untuk menghentikan polemik ini. Terus terang, amatlah sulit untuk sesiapa pun memahami “logika” kaum yang kurang cerdas itu.
Bayangkan saja, menurut mereka Allah sebenarnya adalah nama “dewa air.” Yang menjadi dasar mereka adalah buku-buku sumber yang mereka kutip sepenggal-sepenggal dan lepas dari konteks. Saya pun membuktikan berdasarkan inskripsi-inskripsi kuno yang ditemukan di Kuntilet Ajrud, di sekitar Nablus sekarang. Di daerah tersebut nama Yahweh pernah dipuja bersama-sama dewi kesuburan Asyera. Salah satu bunyi inksripsi Kuntilet Ajrud, seperti disebut Andrew D. Clarke dan Bruce W. Winters (ed.), One God, One Lord; Christianity in a world of religious Pluralism, dalam bahasa Ibrani:
Birkatekem le-Yahweh syomron we le ‘asyeratah
Yakni – Aku memberkati engkau demi Yahwe dari Samaria dan demi Asyera. (2)
Dengan fakta di atas, apakah kita dapat mengatakan kita jangan menggunakan nama Yahwe karena nama ini sekutu Asyera, dewi kesuburan Palestina? Argumentasi ini dijawab oleh mreka, bahwa semua yang saya kemukakan itu tidak perlu ditanggapi karena tidak berdasar pada Alkitab. Ya, maksud mereka adalah saya tidak perlu mengutip data-data arkeologi dalam berargumentasi, kecuali hanya berdasarkan ayat-ayat Alkitab.
Nah, di sinilah terbukti ketidakadilan kaum penentang “Allah” dengan amat jelas! Mengapa? Sebab umat Islam tentu saja boleh bertanya balik, “Apakah Allah sebagai dewa air itu ada dalam Alquran?” Lalu, umat Islam pun mengajak kita untuk berargumentasi dan berdebat tanpa bukti sejarah. Cukup dengan ayat-ayat Al-Quran saja. Kalau begitu, jelas tidak ada sepotong ayat pun dalam Alquran yang menyebut Allah sebagai dewa air. Menurut Alquran, Allah adalah Pencipta langit dan bumi (Q.surah al-Jatsiyah 45:22, “Wa khadaq Allah as-samawati wa al-ardh”).
Begitu juga, siapakah Allah itu bagi umat Kristen Arab? “Allah” – demikian menurut Buthros ‘Abd al-Malik, dalam Qamus al-kitab al-Muqaddas – adalah “nama dari Ilah (sembahan) yang menciptakan segala yang ada” (hadza al-llah khalaq al-jami’ al-kainat). (3)
Begitu juga, setiap umat Arab Kristen sebelum atau sesudah Islam mengawali mengucapkan Qanun al-Iman (syahadat Kristian) yang diawali dengan kalimat:
“Nu’minu bi-ilahun wahidun, Allah al-Ab al-dhabital kull, khalaqa as-sama’I wa al-ardh, kulla ma yura wa maa layuura”
yang bermaksud :
Kami percaya kepada satu-satunya sembahan/ilah, yaitu Allah Bapa, yang berkuasa atas segala sesuatu, Pencipta langit dan bumi, dan segala sesuatu yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan. (4)
Mengapa mreka menuduh bahwa Allah adalah “dewa air” berdasarkan sumber-sumber tulisan yang bukan Alquran, sementara mereka menolak data yang telah saya kemukakan tentang penyimpangan nama Yahwe, karena tidak ada dalam Alkitab?
Oleh karena itu, saya menyarankan agar belajar lebih banyak tentang sejarah kekristenan di Timur Tengah, tempat kekristenan mula-mulanya berkembang. Peranan filologi (ilmu perbandingan bahasa) juga sangat penting dalam memperkaya kajian ini, sebelum mereka begitu bersemangat menyebarkan pendapat yang jelas-jelas tidak ilmiah.
KATA ALLAH DAN PADANANNYA DALAM BAHASA IBRANI DAN ARAMI
Dalam menilai kata Allah, kita harus memahami bahwa kata itu serumpun dengan kata-kata bahasa Semitik yang lebih tua (yang dipakai di Timur Tengah: Ibrani dan Arami). Kata Allah itu cognate dengan kata Ibrani: El, Eloah, Elohim; dan kata Arami Elah, Alaha, yang semuanya terdapat dalam Perjanjian Lama ataupun dalam Targum (komentar-komentar Taurat dalam bahasa Arami yang lazim dibaca mulai dari zaman sebelum Al-Masih, zaman Sayidina Isa hingga hari ini).
Perlu anda ketahui, sebagian kecil Kitab Perjanjian Lama juga ditulis dalam bahasa Arami, yakni beberapa pasal Kitan Ezra dan juga beberapa pasal dari Daniel. Marilah kita baca dan cermati ayat-ayat yang menggunakan kata elah di bawah ini:
“Be Shum elah yisra’el …”
Daniel 5 : 1, “Demi Nama Allah Israel.”
“…di elahekon hu elah elahin, umara malekin
Daniel 2:47, “Sesungguhnya Elah-mu itu elah yang mengatasi segala elah dan berkuasa atas para raja.
Sedangkan bentuk Ibrani yang dekat dengan istilah Arami elah dan Arab ilah, al-ilah dan Allah adalah sebutan eloah, misalnya disebutkan:
“Eloah mi-Teman yavo we Qadosh me-Har Paran, Selah”
Yaitu Habakuk 3 : 3, yang bererti -
“Eloah akan datang dari negeri Teman, dan Yang Mahakudus dari pergunungan Paran, Sela.”
Tetapi argumentasi ini pun segera ditanggapi dengan traktat mereka. Menurut mereka, istilah el, elohim, eloah (Ibrani) dan elah, alaha (Arami/Syriac) tidak sejajar dengan istilah Arab Allah berasal dari ilah (God, sembahan). Dengan awalan kata sandang di depannya Al (Inggris: the), makna the god, “sembahan yang itu”. Maksudnya sembahan atau ilah yang benar.
“Laa ilaha ilallah”. Tidak ada ilah selain Allah. Allah adalah satu-satunya ilah. Ungkapan Laa ilaha ilallah ini, dijumpai pula dalam Alkitab terjemahan bahasa Arab, 1 Korintus 8 : 4-6 berbunyi :
“… wa’an Laa ilaha ilallah al-ahad, …faa lana ilahu wahidu wa huwa al-Abu iladzi minhu kullu sya’in wa ilahi narji’u, wa huwa rabbu wahidu wa huwa Yasu’ al-Masihu iladzi bihi kullu syai’in wa bihi nahya”
Yakni maksudnya :
Dan sesungguhnya tidak ada ilah selain Allah, Yang Mahaesa … dan bagi kita hanya ada satu ilah/sembahan yaitu Bapa, yang dari-Nya berasal segala sesuatu dan kepada-Nya kita akan kembali, dan hanya ada satu Rabb/Tuhan, yaitu Yesus Kristus yang melalui-Nya (sebagai Firman Allah) telah diciptakan segala sesuatu dan untuk Dia kita hidup). (5)
Mereka begitu entengnya menanggapi hal ini. Menurut brosur mereka, istilah ‘Allah’ memang ada dalam Alkitab berbahasa Ibrani, tetapi artinya “sumpah” (1 Raj. 8:31; II Taw. 6:22). Mereka benar, tetapi mereka juga harus tahu, seperti kata Yahweh tidak turun dari langit. Demikian pula kata elohim, eloah, elah berasal dari akar kata tertentu. Menurut C.L. Schofield, istilah elah berasal dari akar kata el (Yang Maha kuat) dan alah (sumpah):
“to swear, to bind oneself by an oath, so implifying faithfullness.” (6)
Jadi, di hadapan hadirat El (Yang Maha kuat) seseorang mengikat sumpah (alah). Dari kata El dan alah ini, kemudian terbentuklah kata elah. Sedangkan bentuk elohim, dengan akhiran im menunjukkan jamak untuk menekankan kebesaran (pluralis maestaticus). Oleh para pujangga gereja kata tersebut ditafsirkan secara alegoris sebagai bukti dari sifat ketritunggalan Allah. Karena itu, sangat gegabah untuk menolak fakta keserumpunan antara Arab dengan bahasa Ibrani dan Aram, hanya dengan argumentasi dangkal seperti ini.
Kata alah (dengan satu “l”) memang ada dalam bahasa Ibrani yang berarti “sumpah, kutuk”. Berbeda dengan bahasa Arab allah (dengan dua huruf “L”). Dua huruf “l” (lam) yang dalam istilah Allah menunjukkan asal-usulnya dari kata sandang Al (the) dan ilah (god) seperti dikemukakan di atas. (7)
ISTILAH ALLAH DI LINGKUNGAN KRISTIAN SYRIA PRA-ISLAM
Seperti istilah Yahweh pernah dipuja secara salah di sekitar wilayah Samaria, terbukti dari inskripsi Kuntilet Ajrud dan Khirbet el-Qom, demikian juga istilah Allah disalahgunakan di sekitar Mekkah sebelum zaman Islam. Tetapi istilah Allah dipakai sebagai sebutan bagi Khaliq langit dan bumi oleh orang-orang Kristen Arab di wilayah Syria. Hal ini dibuktikan dari sejumlah inskripsi Arab pra-Islam yang semuanya ternyata berasal dari lingkungan Kristen.
Salah satu inskripsi kuno yang ditemukan pada tahun 1881 di kota Zabad, sebelah tenggara kota Allepo (Arab: Halab), sebuah kota di Syria sekarang, meneguhkan dalil tersebut. Inskripsi Zabad ini telah dibuktikan tanggalnya berasal dari azman sebelum Islam, tepatnya tahun 512. Menariknya, inskripsi ini diawali dengan perkataan Bism-al-lah, “Dengan Nama al-lah” (bentuk singkatnya: Bismillah, “Dengan Nama Allah”), dan kemudian diusul dengan nama-nama orang Kristen Syria. Bunyi lengkap inskripsi Arab Kristen ini dapat direkonstruksi sebagai berikut:
“Bism’ al-lah: Serjius bar ‘Amad, Manaf wa Hani bar Mar al-Qais, Serjius bar Sa’d wa Sitr wa Sahuraih”
terjemahannya :
- Dengan Nama Allah: Sergius putra Amad, Manaf dan Hani putra Mat al-Qais, Sergius putra Sa’ad, Sitr dan Shauraih. (8)
Menurut Yasin Hamid al-Safadi, dalam The Islamic Calligraphy, inskripsi pra-Islam lainya yang ditemukan di Ummul Jimal dari pertengahan abad ke-6 Masehi, membuktikan bahwa berbeda dengan yang terjadi di Arab selatan, di sekitar Syria nama ‘Allah’ disembah secara benar. Inskripsi Ummul Jimmal diawali dengan kata-kata Allah ghafran (Allah mengampuni). (9)
Bahkan menurut Spencer Trimingham, dalam bukunya Christianity among the Arabs in the pre-Islamic Times, membuktikan bahwa pada tahun yang sama dengan diadakannya Majma’ (Konsili) Efesus (431), di wilayah suku Arab Hartis (Yunani: Aretas ) dipimpin seorang uskup yang bernama ‘Abd Allah (Hamba Allah). (10)
Dari bukti-bukti arkeologis ini, jelas bahwa sebutan Allah sudah dipakai di lingkungan Kristen sebelum zaman Islam yang dimaknai sebagai sebutan bagi Tuhan Yang Mahaesa, Pencipta langit dan bumi.
PENGGUNAAN BAHASA IBRANI, YUNANI DAN ARAMI PADA ZAMAN YESUS
Cukup mengherankan bahwa “para penentang Allah” itu selalu menggunakan Ha B’rit ha-Hadasah (Perjanjian Baru bahasa Ibrani) dan memperlakukannya seolah-olah itulah teks bahasa aslinya. Dalam Perjanjian Baru berbahasa Ibrani ini tentu saja kita akan menjumpai nama Yahwe. Tetapi Perjanjian Baru berbahasa Ibrani itu adalah hasil terjemahan dari bahasa Yunani. Penerjemahan dilakukan oleh United Bible Society in Israel, baru pada tahun 1970-an.
Perjanjian Baru aslinya ditulis dalam bahasa Yunani Koine dan para rasul Yesus tidak mempertahankan nama diri Yahwe. Saya setuju bahwa Yesus ketika masuk ke sinagoge, Baginda mengutip teks-teks Perjanjian Lama dalam bahasa Ibrani (Lukas 4:18-19). Namun, kita juga harus paham bahwa Baginda juga telah bercakap-cakap dalam bahasa Arami dengan murid-murid-Nya sebagai “bahasa ibunda” masyarakat Yahudi pada zaman intu.
Penulisan Perjanjian Baru dalam bahasa Yunani karena bahasa ini menjadi bahasa yang paling luas digunakan di seluruh wilayah kekaisaran Romawi pada zaman itu. Meskipun demikian, Perjanjian Baru Yunani itu tidak dapat dipahami tanpa melihat latar belakang budaya Arami. (11) Oleh karena kitab ini masih memelihara beberapa ungkapan Arami – yang waktu itu juga biasa disebut Ibrani – sebab dianggap sebagai salah satu dialek tutur saja bagi masyrakat Yahudi di Galilea. Beberapa contoh kata Arami yang dipelihara itu, antara lain: Talita Kum (Mark 5 : 41), Gabbata (Yohanes 19 : 13), Maranatha (1 Korintus 16 : 23).
Salah satu bukti bahwa Yesus membaca Targum berbahasa Arami, di mana kata Alaha (yang cognate dengan bentuk Ibrani: Eloah, dan Arab: Allah) adalah ungkapan Yesus dalam Markus 15:33, Elohi, Elohi, l’mah sh’vaktani. Sebab dalam teks Mazmur 22:2 bahasa Ibraninya: Eli, Eli lamah ‘azvatani. Selanjutnya, apabila bahasa asli Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani dan para rasul tidak mempertahankan nama Yahwe, lalu apa pula dasar dan alasan mereka mati-matian mempertahankannya?
Para rasul penulis Perjanjian Baru menterjemahkan Kyrios (Tuhan) sebagai kata ganti Yahwe. Sebut satu contoh saja, misalnya Haddebarim/ Ulangan 6 : 4 dalam bahasa asli (Ibrani):
“Syema Ysrael, Adonai Elohenu, Adonay Ehad”.
Kutipan ayat ini ditemukan dalam Markus 12 : 29, di mana nama Yahwe diterjemahkan Kyrios – Tuhan, mengikut terjemahan Yunani Septuaginta:
“Akoue, Israel, Kurios ho theos hemin, kurios eis esti”
- Dengarlah wahai Israel, Kurios (Tuhan) itu Theos/Allah kita, Kurios/Tuhan itu Esa.
Jadi, sekali lagi Markus sang penulis Injil pun tidak mempertahankan nama Yahwe. Lalu, apakah mereka berani berkata bahwa seluruh penulis Perjanjian Baru itu adalah salah?
Dalam bahasa Ibrani istilah “Nama” juga tidak bisa dipahami secara harfiah seperti nama-nama: Suharto, Suradi, Marsudi, Wan, Ngah dan sebagainya. Dalam hal ini anda harus bedakan antara “nama” (yang berasal dari bahasa manusia yang dibatasi oleh konteks ruang dan waktu) dengan “Dia yang dinamakan” (Yang Absolute, tidak terbatas, tidak terhingga). “Nama” dalam teologi Yahudi lebih menunjuk kepada “Kuasa di balik Ia yang di-Nama-kan”. Karena itu, orang-orang Yahudi hanya mempertahankan tetagramaton (keempat huruf suci: y h w h), tetapi tidak membacanya dalam tradisi lisan. Kata itu sudah lazim dibaca dengan: Adonay (Tuhanku) atau Ha-Shem (“the Name”, Sang Nama).
Silakan mereka memeriksa tradisi Yahudi ini, misalnya literatur Yahudi: Humasah Hunasy Torah ‘im Targum Onqelos, (12) berbahasa Ibrani dan Arami yang lazim dipakai pemeluk Yahudi hingga zaman sekarang ini.
Kesimpulan saya, apabila kita menolak usulan para “penentang Allah” itu, bukan sekadar menimbang manfaat atau mudaratnya saja. Manfaatnya jelas tidak ada sama sekali. Mudaratnya jelas tidak hanya membingungkan umat Kristiani, tetapi telah membuka “barisan permusuhan” dengan umat Islam. Yang lebih penting lagi, tidak ada gunanya berdialog dengan orang-orang yang memang tidak memenuhi standard berpikir ilmiah itu. “Tetapi mereka menghujat segala sesuatu yang tidak mereka ketahui,” demikian Yudas 1:10, dan lanjutan ayat ini saya tidak tega untuk menuliskannya di sini.
Nota-nota dan Referensi
Majalah DR, “Ketika Allah diperdebatkan”, 9-14 Ogos 1999.
Andrew D. Clarcke dan Bruce W.Winters (ed.), Satu Allah satu Tuhan: Tinjauan Alkitab tentang Pluralisme Agama (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995), hlm.50
Buthros ‘Abd al-Malik (ed.), Qamus al-Kitab al-Muqaddas (Beirut: Jami’ al-Kana’is fii al-Syarif al-Adniy, 1981), hlm.107
Al-Qamas Isodorus al-Baramus, Al-Ajabiyat: shalawat As-Sa’at wa Ruh al-Tashra’at (Kairo: Maktabah Mar Jurjis al-Syaikulaniy Syabra, 1996), hlm. 79.
“Risalat Bulus ar-Rasul ila Ahl Kurinthus al-Awwal 8 : 4-6″, dalam al-Kitab al-Muqaddas (Beirut: Dar al-Kitab al-Muqaddas fii al-Syariq al-Ausath, 1992).
Rev. C.I. Schofield (ed.), Holy Bible, Schofield Reference (London: Oxford University Press, 1945), hlm.3
Kita lihat bahwa Allah itu Al-nya merupakan hamzah washl. Kerana itu menjadi wallahi, billahi dan sebagainya. Itu berarti kata Allah bukan merupakan akar kata yang asli. Sebab akar kata yang asli pasti menggunakan hamzah qath’. Lihat: Nurcholish Madjid, Dialog Keterbukaan: Artikulasi Nilai Islam dalam Wacana Sosial Politik Kontemporer (Jakarta: Paramadina, 1998), hlm.262.
Bacaan Bism al-lah (Dengan Nama Allah) berasal dari Yasin Hamid al-Safadi, Kaligrafi Islam. Alih Bahasa: Abdul Hadi WM (Jakarta: PT. Panca Simpati, 1986), hlm. 6. Sedangkan M.A. Kugener, Note sur l’inscription triligue de Zebed (1907) seperti dikutip Spencer Trimingham Christianity Among the Arabs in pre Islamic Times (London-Beirut: Longman-Librairie du Liban, 1979), hlm. 226, membacanya “Teym al-Ilah”.
Jadi, sebagai nama diri yang diusul oleh nama-nama lainnya, bukan sebagai bunyi sebuah doa. Tetapi apa pun bunyi yang paling tepat dari awal inskripsi itu, yang jelas kata al-llah, Allah sudah dipakai dalam makna Tauhid Kristen, dan bukan dalam makna dewa berhala yaitu pagan.
Yasin Hamid al-Safadi, Loc.Cit
Spencer Trimingham, Op. Cit. Hlm. 74
Matthew Black, An Aramaic Approach to the Gospels and Acts (Oxford: At the Calrendon Press, 1967).
Rabbi Nosson Scherman-Rabbi Meir Zlotowitz (ed.), Humasah Humasy Torah ‘im Targum Onqelos (Brooklyn: Mesorah Publications, Ltd. 1993), hlm.xxvi. Selanjutnya, mengenai Nama (dan nama-nama) Allah, cf. “Parashas Shemos”, hlm.304-305.
point yang penting dari penjelasan tersebut
1. Tuhan yang disembah orang Islam sama dengan yang di sembah para nabi dan pengikutnya ,sebelum kenabian nabi Muhammad
2. bahwa Nama YHWH pernah disimpangkan,
seperti yang tertulis:
“Saya pun membuktikan berdasarkan inskripsi-inskripsi kuno yang ditemukan di Kuntilet Ajrud, di sekitar Nablus sekarang. Di daerah tersebut nama Yahweh pernah dipuja bersama-sama dewi kesuburan Asyera. Salah satu bunyi inksripsi Kuntilet Ajrud, seperti disebut Andrew D. Clarke dan Bruce W. Winters (ed.), One God, One Lord; Christianity in a world of religious Pluralism, dalam bahasa Ibrani:
Birkatekem le-Yahweh syomron we le ‘asyeratah
Yakni – Aku memberkati engkau demi Yahwe dari Samaria dan demi Asyera. (2)
Dengan fakta di atas, apakah kita dapat mengatakan kita jangan menggunakan nama Yahwe karena nama ini sekutu Asyera, dewi kesuburan Palestina? Argumentasi ini dijawab oleh mreka, bahwa semua yang saya kemukakan itu tidak perlu ditanggapi karena tidak berdasar pada Alkitab. Ya, maksud mereka adalah saya tidak perlu mengutip data-data arkeologi dalam berargumentasi, kecuali hanya berdasarkan ayat-ayat Alkitab.”
kemudian dari penjelasan intelektual yang sebelumnya adalah intelektual Kristen,yaitu Jerald f dirk
Penggunaan kata Allah yang berarti Tuhan sering kali terdengar agak aneh, esoterik, dan asing bagi telinga orang Barat. Allah adalah kata dalam bahasa Arab yang berasal dari pemadatan al dan Ilah. Ia berarti Tuhan atau menyiratkan Satu Tuhan. Secara linguistik, bahasa Ibrani dan bahasa Arab terkait dengan bahasa-bahasa Semitik, dan istilah Arab Allah atau al-Ilah terkait dengan El dalam bahasa Ibrani, yang berarti Tuhan.1 El-Elohim berarti Tuhannya para tuhan atau Sang Tuhan.2 Ia adalah kata bahasa Ibrani yang dalam Perjanjian Lama diterjemahkan Tuhan. Karena itu, kita bisa memahami bahwa penggunaan kata Allah adalah konsisten, bukan hanya dengan Al-Qur’an dan tradisi Islam, tetapi juga dengan tradisi-tradisi-biblikal yang tertua.
Persamaan mendasar antara istilah Arab al-Ilah, di mana Allah merupakan pemadatannya, dan istilah Ibrani El-Elohim bisa dipahami secara lebih jelas jika kita memerhatikan abjad bahasa Arab dan Ibrani. Baik bahasa Arab maupun Ibrani sama-sama tidak memiliki huruf untuk bunyi vokal. Abjad kedua bahasa tersebut hanya terdiri dari konsonan, dan keduanya bersandar pada penandaan sebagai bunyi vokal yang secara khas ditemukan hanya dalam tulisan formal sebagai satu petunjuk pengucapan. Transliterasi bahasa Indonesia dari istilah Arab al-Ilah dan istilah Ibrani El-Elohim telah memasukkan penandaan-penandaan vokal ini. Jika kita harus menghilangkan transliterasi Indonesia berupa penandaan-penandaan vokal ini, maka istilah Arab tersebut menjadi al-Ilh dan istilah Ibrani di atas menjadi El-Elhm. Jika kita harus menghilangkan bentuk jamak, yang hanya ditemukan dalam bahasa Ibrani, maka istilah Arabnya tetap al-Ilh, sementara istilah Ibraninya menjadi El-Elh. Akhirnya, jika kita harus melakukan transliterasi atas seluruh “alif” dalam bahasa Arab sebagai “a”, dan seluruh “alif” dalam bahasa Ibrani sebagai “a” juga, maka istilah Arabnya menjadi Al-Alh, dan istilah Ibraninyapun menjadi Al-Alh. Dengan kata lain, dengan pengecualian tunggal bahwa bahasa Ibrani menggunakan bentuk jamak, al-Ilah, di mana Allah merupakan pemadatannya, dan El-Elohim, istilah Ibrani yang diterjemahkan sebagai Tuhan dalam Perjanjian Lama, benar-benar merupakan istilah yang sama sekali identik dalam bahasa Arab dan Ibrani, dua bahasa yang memiliki hubungan sangat erat.
kemudian dari kalangan “ulama islam”
soal keunikan nama Allah, saya akan menyampaikan dari sumber tulisan orang/ulama Islam.
Kata ‘Allah’ merupakan nama Tuhan yang paling populer. Apabila anda berkata :”Allah..”, maka apa yang anda ucapkan itu telah mencakup semua nama-nama-Nya yang lain, sedangkan bila anda mengucapkan nama-nama-Nya yang lain – misalnya ‘ar-Rahmaan’, ‘al-Malik’ dan sebagainya – maka ia hanya menggambarkan sifat Rahman, atau sifat kepemilikan-Nya. Disisi lain, tidak satupun dapat dinamakan Allah, baik secara hakikat maupun secara majazi, sedangkan sifat-sifat-Nya yang lain – secara umum – dapat dikatakan bisa disandang oleh makhluk-makhluk-Nya. Bukankah kita dapat menamakan si Ali yang pengasih sebagai ‘Rahiim’?, atau Ahmad yang berpengetahuan sebagai ‘Aliim’?. Secara tegas, Tuhan Yang Maha Esa itu sendiri yang menamakan dirinya Allah.
14. Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. (Thaahaa). Innanii = sesungguhnya Aku, anaa = Aku, Allaahu = Allah, laa ilaaha = tidak ada tuhan, illaa = melainkan, ana = Aku…
Dia juga dalam Al-Qur’an yang bertanya :”hal ta’lamu lahuu samiyyaa..” (Surat Maryam ayat 19). Ayat ini, dipahami oleh pakar-pakar Al-Qur’an bermakna :”Apakah engkau mengetahui ada sesuatu yang bernama seperti nama ini..?” atau :”Apakah engkau mengetahui sesuatu yang berhak memperoleh keagungan dan kesempurnaan sebagaimana pemilik nama itu (Allah)?” atau bermakna :”Apakah engkau mengetahui ada nama yang lebih agung dari nama ini?”, juga dapat berarti :”Apakah kamu mengetahui ada sesuatu yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?”
Pertanyaan-pertanyaan yang mengandung makna sanggahan ini kesemuanya benar, karena hanya Tuhan Yang Maha Esa yang wajib wujudnya itu yang berhak menyandang nama tersebut, selain-Nya tidak ada, bahkan tidak boleh. Hanya Dia yang berhak memperoleh keagungan dan kesempurnaan mutlak, sebagaimana tidak ada nama yang lebih agung dari nama-Nya itu.
Para ulama dan pakar bahasa mendiskusikan kata tersebut antara lain apakah ia memiliki akar kata atau tidak. Sekian banyak ulama yang berpendapat bahwa kata ‘Allah’ tidak terambil dari satu akar kata tertentu, tapi ia adalah nama yang menunjuk kepada zat yang wajib wujud-Nya, yang menguasai seluruh hidup dan kehidupan, serta hanya kepada-Nya seharusnya seluruh makhluk mengabdi dan bermohon. Tetapi banyak ulama berpendapat, bahwa kata ‘Allah’ asalnya adalah ‘Ilaah’, yang dibubuhi huruf ‘Alif’ dan ‘Laam’ dan dengan demikian, ‘Allah’ merupakan nama khusus, karena itu tidak dikenal bentuk jamaknya. Sedangkan ‘Ilaah’ adalah nama yang bersifat umum dan yang dapat berbentuk jamak (plural), yaitu ‘Alihah’. Dalam Bahasa Inggeris, baik yang bersifat umum maupun khusus, keduanya diterjemahkan dengan ‘god’, demikian juga dalam Bahasa Indonesia keduanya dapat diterjemahkan dengan ‘tuhan’, tapi cara penulisannya dibedakan. Yang bersifat umum ditulis dengan huruf kecil ‘god/tuhan’, dan yang bermakna khusus ditulis dengan huruf besar ‘God/Tuhan’.
‘Alif’ dan ‘Laam’ yang dibubuhkan pada kata ‘Ilaah’ berfungsi menunjukkan bahwa kata yang dibubuhi tersebut merupakan sesuatu yang telah dikenal dalam benak. Kedua huruf tersebut sama dengan ‘The’ dalam bahasa Inggeris. Kedua huruf tambahan itu menjadi kata yang dibubuhi menjadi ‘ma’rifat’ atau ‘definite’ (diketahui/dikenal). Pengguna Bahasa Arab mengakui bahwa Tuhan yang dikenal dalam benak mereka adalah Tuhan Pencipta, berbeda dengan tuhan-tuhan (aliihah/bentuk jamak dari ilaah) yang lain. Selanjutnya dalam perkembangannya lebih jauh dan dengan alasan mempermudah, ‘hamzah’ yang berada antara dua ‘laam’ yang dibaca ‘i’ pada kata ‘al-Ilaah’ tidak dibaca lagi, sehingga berbunyi ‘Allah’ dan sejak itulah kata ini seakan-akan telah merupakan kata baru yang tidak memiliki akar kata, sekaligus sejak itu pula kata ‘Allah’ menjadi nama khusus bagi Pencipta dan Pengatur alam raya yang wajib wujud-Nya.
Sementara ulama berpendapat bahwa kata ‘Ilaah’ yang darinya terbentuk kata ‘Allah’ berakar dari kata ‘al-Ilaahah’, ‘al-Uluuhah’ dan ‘al-Uluuhiyyah’ yang kesemuanya menurut mereka bermakna ‘ibadah/penyembahan’, sehingga ‘Allah’ secara harfiah bermakna ‘Yang Disembah’. Ada juga yang berpendapat bahwa kata tersebut berakar dari kata ‘Alaha’ dalam arti ‘mengherankan’ atau ‘menakjubkan’ karena segala perbuatan/ciptaan-Nya menakjubkan atau karena bila dibahas hakekat-Nya akan mengherankan akibat ketidak-tahuan makhluk tentang hakekat zat Yang Maha Agung itu. Apapun yang terlintas dalam benak menyangkut hakekat zat Allah, maka Allah tidak demikian. Itu sebabnya ditemukan riwayat yang menyatakan :”Berpikirlah tentang makhluk-makhluk Allah dan jangan berpikir tentangZat-Nya”. Ada juga yang berpendapat bahwa kata ‘Allah’ terambil dari akar kata ‘Aliiha Ya’lahuu” yang berarti ‘tenang’, karena hati menjadi tenang bersama-Nya, atau dalam arti ‘menuju’ dan ‘bermohon’ karena harapan seluruh makhluk tertuju kepada-Nya dan kepada-Nya jua makhluk bermohon.
Memang setiap yang dipertuhankan pasti disembah dan kepadanya tertuju harapan dan permohonan lagi menakjubkan ciptaannya, tetapi apakah itu berarti bahwa kata ‘Ilaah’ – dan juga ‘Allah’ – secara harfiah bermakna demikian..? , dapat dipertanyakan apakah bahasa atau Al-Qur’an yang menggunakannya untuk makna ‘yang disembah’?. Kalau anda menemukan semua kata ‘Ilaah’ dalam Al-Qur’an, niscaya akan anda temukan bahwa kata itu lebih dekat untuk dipahami sebagai penguasa, pengatur alam raya atau dalam genggaman-Nya segala sesuatu, walaupun tentunya yang meyakini demikian, ada yang salah pilih ‘ilaah’nya.
Kata ‘Allah’ mempunyai kekhususan yang tidak dimiliki oleh kata selainnya, ia adalah kata-kata yang sempurna huruf-hurufnya, sempurna maknanya, serta memiliki kekhususan berkaitan dengan rahasianya, sehingga sementara ulama menyatakan bahwa kata itulah yang dinamai ‘Ismu-Ilaah al-A’zham (Nama Allah yang paling mulia). Yang bila diucapkan dalam do’a, Allah akan mengabulkannya. Dari segi lafaz terlihat keistimewaan ketika dihapus huruf-hurufnya. Bacalah kata ‘Allah’ dengan menghapus huruf awalnya, akan berbunyi ‘Lilaah’ dalam arti ‘milik/bagi Allah’, kemudian hapus huruf awal dari kata ‘Lilaah’, itu akan terbaca ‘Laahu’ dalam arti ‘bagi-Nya’, selanjutnya, hapus lagi huruf awal dari ‘Laahu’, akan terdengan dalam ucapan ‘Huu’, yang berarti ‘Dia (menunjuk Allah), dan apabila itupun dipersingkat akan terdengar suara ‘Ah’ yang sepintas atau pada lahirnya mengandung makna keluhan, tapi pada hakekatnya mengandung makna permohonan kepada Allah. Karena itu sementara ulama berkata bahwa kata ‘Allah’ terucap oleh manusia, sengaja atau tidak sengaja, suka atau tidak suka. Itulah salah satu bukti adanya ‘fitrah’ dalam diri manusia. Al-Qur’an juga menegaskan bahwa sikap orang-orang musyrik adalah :
38. Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?”, niscaya mereka menjawab: “Allah”. (Az Zumar)
dari segi makna dapat dikatakan bahwa kata ‘Allah’ mencakup segala sifat-sifat-Nya, bahkan Dia-lah yang menyandang nama-nama tersebut, karena itu jika anda berkata “Yaa..Allah..”, maka semua nama-nama/sifat-sifat-Nya telah tercakup oleh kata tersebut. Disisi lain, jika anda berkata ‘ar-Rahiim’, maka sesungguhnya yang anda maksud adalah Allah. Demikian juga ketika anda menyebut ‘al-Muntaqim’ (yang membalas kesalahan), namun kandungan makna ‘ar-Rahiim’ (Yang Maha Pengasih) tidak tercakup didalam pembalasan-Nya, atau sifat-sifat-Nya yang lain. Itulah salah satu sebab mengapa dalam syahadat seseorang selalu harus menggunakan kata ‘Allah’ ketika mengucapkan ‘Asyhadu an Laa Ilaaha Illa-llaah’ dan tidak dibenarkan menggantinya dengan nama-nama-Nya yang lain.
Demikianlah Allah, karena itu tidak heran jika ditemukan sekian banyak ayat di dalam Al-Qur’an yang memerintahkan orang-orang beriman agar memperbanyak zikir menyebut nama Allah, karena itu setiap perbuatan yang penting hendaknya dimulai dengan menyebut nama itu, nama Allah. Rasulullah bahkan mengajarkan lebih rinci lagi :”Tutuplah pintumu dan sebutlah nama Allah, padamkanlah lampumu dan sebutlah nama Allah, tutuplah periukmu dan sebutlan nama Allah, rapatkanlah kendi airmu dan sebutlah nama Allah…”
tetapi orang-orang yang begitu bersemangat untuk memberikan tuduhan seperti itu tidak berfikir panjang,bahwa faktanya didalam Al kitab banyak sekali menggunakan “istilah Allah”
maka ada sebagian orang-orang Kristen yang meyakini bahwa nama Allah sebagai nama “dewa bulan” , dan melihat realita didalam al kitab menggunakan istilah Allah maka mereka melakukan perubahan / penggantian nama Allah diganti dengan nama YHWH.
maka persoalan ini saya akan menyampaikan pandangan/tanggapan / penjelasan nama Allah dari berbagai sudut “Intelektual” baik yang masih Kristen ataupun dari Intelektual Islam.
pertama dari orang Kristen:
Banyak pertanyaan diajukan mengenai ‘Apakah Allah Islam sama dengan Allah Kristen?’ dan argumentasi yang banyak dikemukakan adalah bahwa ‘Allah Islam tidak sama dengan Allah Kristen’ alasannya ‘Karena ajaran keduanya berbeda!’. Pandangan ini tercermin dalam buku Dr. Robert Morey yang beredar bahkan dianut belakangan ini di kalangan tertentu di Indonesia:
“Islam claims that Allah is the same God who was revealed in the Bible. This logically implies in the positive sense that the concept of God set forth in the Quran will correspond in all points to the concept of God found in the Bible. This also implies in the negative sense that if the Bible and the Quran have differing views of God, then Islam’s claim is false.” (Islamic Invasion, Harvest House Publishers, 1992, h.57).
Definisi Morley ini memiliki kelemahan dasar berfikir yang fatal yang menganggap masalah-masalah teologi (ilmu sosial) bersifat eksakta dan mencampur adukkan pengertian soal ‘identitas’ dan ‘opini’ (meta basis). Dari dasar berfikir atau asumsi ini, maka dihasilkan kesimpulan bahwa (1) Bila Allah Islam adalah Tuhan Kristen, maka secara positif konsep keduanya mengenai Tuhan harusnya sama dalam setiap butirnya, sebaliknya secara negatif disebut bahwa (2) Bila Al-Quran dan Alkitab memiliki pandangan berbeda mengenai Tuhan, maka klaim Islam adalah salah.
Pandangan yang terlalu sederhana ini dengan mudah bisa digugurkan bila kita mengambil contoh soal ‘Suharto’ mantan presiden ORBA. Menurut definisi Morley, bila Suharto yang dimaksudkan oleh para pengikut ORBA sama dengan Suharto yang di demo mahasiswa, maka konsep keduanya mengenai Suharto akan sama dalam setiap butirnya. Faktanya sekalipun Suhartonya sama konsep keduanya berbeda. Bagi para pengikut ORBA, Suharto adalah bapak pembangunan yang membawa kesejahteraan dan mendatangkan kesatuan dan keamanan regional, padahal Suharto yang sama itu oleh para mahasiswa dianggap sebagai bapak pembangkrutan yang membawa kemiskinan karena KKN dan tiran yang membawa bangsa Indonesia kepada disintegrasi bangsa.
Mengapa berbeda? Dan kalau berbeda apakah klaim mahasiswa mengenai Suharto salah? Di sini kita berhubungan dengan dua soal yang tidak bisa dicampur adukkan satu dengan lainnya, yaitu bahwa Suharto sebagai pribadi (oknum) dengan namanya dan konsep orang (ajaran atau aqidah) mengenai oknum yang sama itu.
Soal yang sama terjadi dalam hubungan dengan pertanyaan mengenai apakah ‘Allah Islam sama dengan Tuhan Kristen?’. Jawabannya perlu kita lihat dari Kitab Suci Islam (Al-Quran) maupun Kristen (Al-Kitab), dan juga sejarah bangsa dan bahasa Semit.
EL SEMIT
Faktanya, bila kita membandingkan agama Yahudi (Alkitab Perjanjian Lama), Kristen (Alkitab Perjanjian Lama dan Baru), dan Islam (Al-Quran), kita dapat melihat bahwa ada butir-butir yang sama, namun banyak butir-butir lainnya yang tidak sama (jadi bukan semua sama atau semua tidak sama).
Bila kita melihat Alkitab PL, kita dapat mengetahui bahwa nama Tuhan ‘El/Elohim’ adalah pencipta langit dan bumi, manusia dan segala isinya. Dan ia juga Tuhan yang menyatakan dirinya kepada Adam, Nuh, Abraham, Ishak, dan Yakub. Agama Yahudi, Kristen dan Islam mempercayai itu semua, namun mereka berbeda dalam kepercayaan akan wahyu mana yang dari El yang sama itu yang dipercayai. Agama Yahudi mempercayai wahyu yang dibukukan menjadi Alkitab Perjanjian Lama, namun sekalipun agama Kristen menerima hal ini, agama Kristen juga mengakui penggenapan dalam Tuhan Yesus Kristus yang wahyunya dibukukan dalam Perjanjian Baru padahal Yahudi menolak.
“Katakanlah: Kami telah beriman kepada Allah dan (kitab) yang diturunkan kepada kami dan apa-apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Y’qub dan anak-anaknya, (begitu juga kepada kitab) yang diturunkan kepada Musa dan ‘Isa, dan apa-apa yang diturunkan kepada nabi-nabi dari Tuhan mereka, tiadalah kami perbedakan seorang juga di antara mereka itu dan kami patuh kepada Allah” (Al-Quran, Al-Baqarah, 2:136, Mahmud Yunus, Tafsir Quran Karim).
Agama Islam, sekalipun menerima kitab yang diterima Ibrahim, Ishak, Yakub dan Isa, namun lebih menerima kitab wahyu yang diterima Muhammad dari jalur Ismael, dan menerima kitab-kitab Ibrahim, Ishak, Yakub dan Isa sejauh diterima oleh Muhammad yang dipercayai sebagai nabi, dan sekalipun menerima kitab-kitab Yahudi dan Kristen, namun karena dianggap telah dipalsukan, maka kepercayaan kepada berita Al-Kitab terbatas hanya bila hal itu dikuatkan dalam Al-Quran.
Jadi, dari terang Alkitab (PL+PB) dan Al-Quran jelas terlihat bahwa sebagai oknum dengan namanya, Allah Islam adalah Tuhan Yahudi dan Kristen. Namun karena wahyu yang dipercayai berbeda, dengan sendirinya banyak pengajaran (aqidah)nya yang berbeda.
Agama Yahudi, kepercayaannya hanya bergantung kepada Perjanjian Lama, akibatnya mereka memandang Tuhan ‘El’ (yang sejak Musa diberi nama juga sebagai ‘Yahweh’ (Kel.6:1-2)) sebagai Tuhan monotheisme yang transenden dengan hukum Taurat sebagai pedoman, namun agama Kristen berbeda dan menerima kenyataan bahwa El Abraham itu juga telah menyatakan diri dalam oknum Yesus dalam ke-Tritunggalannya, dan hukum kasih/Injil menjadi pedomannya.
Islam mengikuti jalur Abraham mempercayai Tuhan ‘El’ itu yang dalam dialek Arab disebut ‘Allah’ (dari al-ilah). Dalam bahasa Ibrani kata sandang ‘the’ (‘al’ dalam dialek Arab dan ‘ha’ dalam dialek Aram-Siria namun diletakkan di belakang menjadi ‘alaha’) tidak digunakan bila menyebut Tuhan.
Dari sejarah kita mengetahui bahwa sejak awalnya ‘El’ bisa memiliki arti umum sebagai sebutan untuk ‘Tuhan/Ketuhanan’ dan ‘Elohim’ sering digunakan dalam arti kata jamak (politheistik) dan dipakai oleh suku-suku keturunan Sem (menjadi rumpun Semit) dan karena perkembangan zaman sering merosot sehingga dimengerti dalam berbagai-bagai ajaran aqidah, namun ‘El/Il’ juga digunakan untuk menyebut ‘nama diri’ Tuhan.
“‘Ilu, El’ sebagai sebutan untuk ketuhanan. Istilah ‘il mempunyai arti sebutan umum (generic appelative) untuk menunjuk pada ‘tuhan’ atau ‘ketuhanan’ pada tahap awal semua cabang utama rumpun bahasa Semit. Ini terlihat jelas di Semit Timur, Akadian kuno (ilu) dan dialek-dialek sesaudara dimulai zaman pra-Sargon (sebelum 2360 BC) dan berlanjut sampai akhir masa Babil. Penggunaan sebagai sebutan juga muncul di Semit Barat Laut, di Amrit (‘ilu, ‘ilum, ‘ila), di Ugarit, di Ibrani, dan umum di dialek-dialek Arab Selatan kuno, di Arab Utara digantikan dengan nama ‘ilah. ‘Ilu, El juga digunakan sebagai Nama Diri (proper name). … Di Semit Timur ada bukti kuno yang menunjukkan bahwa ‘Il’ adalah nama diri tuhan … tuhan Il (kemudian El Semit) adalah kepala ketuhanan pada rumpun Semit Mesopotamia pada masa Pra-Sargon.” (G. Johanes Botterwech, Theological Dictionary of the Old Testament, Vol.I, 242-244).
Dari sejarah ini kita dapat melihat bahwa ‘Allah’ di kalangan bangsa dan bahasa Arab tidak lain menunjuk pada ‘El’ Semit’ yang sama, ini dijelaskan dalam buku-buku teologi Kristen maupun Ensiklopedia Islam bahwa setidaknya bangsa Arab mewarisi tiga jalur nenek moyang yang semuanya mengenal ‘El Abraham’ yaitu sebagai keturunan Sem, Yoktan (keturunan Eber), dan Adnan (keturunan Ismael anak Abraham).
Bahwa ajaran/konsep mengenai ‘Allah’ (El) itu kemudian merosot dan makin tidak mendekati hakekat yang di’nama’kan dan ditujukan kepada pribadi lain seperti yang terjadi pada jalur Ishak (Kel.32, Anak Lembu Emas disebut ‘Elohim’ dan ‘Yahweh’) maupun jalur Ismael (masa jahiliah, dewa berhala disebut ‘Allah’), tentu tidak mengurangi hakekat nama itu sendiri sebagai menunjuk kepada ‘El’ semitik dan monotheisme Abraham. Namun, sekalipun diyakini bahwa ‘Allah’ Yahudi, Kristen dan Islam sama, tentu tidak disimpulkan bahwa Tuhan Semua Agama sama. Dalam pengertian ‘Universalisme’ (pluralisme agama) disebutkan bahwa semua agama itu menyembah Tuhan yang sama (universal) namun melalui jalan-jalan yang berbeda (partikular).
Kita harus menyadari bahwa setidaknya ada 4 golongan agama, yaitu (1) ‘Theisme’ – Tuhan yang berpribadi (Yahudi, Kristen, Islam), (2) ‘Monisme’ – Tuhan kekuatan semesta (Hindu-Upanishad, Tao dan Kebatinan), (3) Non-Theis – Tuhan yang ‘non-exist’ (Buddhisme), dan (4) Demonisme – Tuhan Okultis (satanisme). Bisa juga dimasukkan ‘politheisme’ (Hindu-Veda) sebagai golongan ke-5.
Sudah jelas ke-empat (atau ke-lima) bentuk Tuhan itu tidak sama, namun harus diakui bahwa Tuhan ‘Theisme’ (Yahudi, Kristen, Islam) adalah Tuhan Semitik agama samawi yang berpribadi, berfirman dan menurunkan wahyu kepada umatnya, jadi sekalipun kita menyebut Tuhan Theisme Yahudi, Kristen dan Islam menunjuk pada oknum yang sama namun sekalipun ada yang sama juga ada yang berbeda ajaran/aqidahnya, sedang Tuhan Theisme, Monisme, Non-Theisme, dan Demonisme jelas berbeda baik sebagai nama oknum maupun ajaran/aqidahnya.
Tetapi bagaimana dengan definisi yang dicantumkan dalam kamus-kamus dalam bahasa Inggeris? Disana disebutkan bahwa “Allah … Muslim’s name for God” (a.l. Oxford Dictionary & Grollier Ensyclopedia). Kita dapat membandingkan hal ini dengan definisi yang disebutkan dalam Enyclopaedia Britannica, yang sekalipun mengakui ke-khasan nama Allah dalam penggunaannya di kalangan agama Islam sebagai salah satu artinya, dalam arti yang lain jelas memberikan pengertian yang lebih ilmiah dan lebih mengandung kebenaran:
“Allah (Arabic:”God”), the one and only God in the religion of Islam. Etymologically, the name Allah is probably a contraction of the Arabic al-Ilah, “the God.” The name’s origin can be traced back to the earliest Semitic writings in which the word for god was Il or El, the latter being an Old Testament synonim for Yahweh. Allah is the standard Arabic word for “God” and is used by Arab Christians as well as by Muslims.”
Definisi yang benar ini juga disebutkan dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia dimana disebutkan bahwa: “ALLAH adalah Tuhan, pencipta alam raya termasuk segala isinya”. (Vol.I, h.270).
Memang dalam literatur Barat termasuk dalam beberapa kamus, ada sentimen kuat anti Arab/Islam sehingga sering timbul ungkapan-ungkapan memojokkan yang tidak ilmiah seperti ucapan Morley di atas yang memberi stigmata seakan-akan nama ‘Allah’ itu nama dewa/i masa jahiliah Arab seperti Dewa Pengairan atau Dewa Bulan, namun banyak pula literatur Barat yang lebih bersifat netral dan ilmiah seperti Ensyclopaedia Britannica dan umumnya kamus-kamus teologia yang menyebut bahwa nama ‘Allah’ adalah nama dalam dialek/bahasa Arab untuk menunjuk pada ‘El’ Semitik, dan juga digunakan oleh orang Arab pra-Islam (terutama kaum Hanif yang tetap mempertahankan Allah monotheisme Abraham) maupun bangsa Arab yang menganut agama Yahudi dan Kristen:
“Karena Islam memperbaiki agama yang dibawa Ibrahim, yakni agama fitrah, maka jahiliyah dipandang sebagai sebuah zaman sebelum kedatangan Islam, ibarat kegelapan sebelum terbit fajar. Pada zaman ini ajaran monotheisme Ibrahim telah musnah berganti dengan sitem paganisme, dan diwarnai dekadensi moral. Sejumlah berhala sesembahan didatangkan ke Makkah dari berbagai negeri di Timur Tengah. Namun tidak semua warga Arab pada saat itu menganut sistem keyakinan pagan, melainkan terdapat beberapa suku Arab memeluk agama Kristen dan Yahudi. Bahkan terdapat sejumlah pribadi yang menekuni dunia spiritual, mereka itu dinamakan ‘hunafa’ (tgl. hanif) yang mana mereka tidak memihak kepada satu di antara kedua agama tersebut, melainkan mereka bertahan pada ajaran monotheisme Ibrahim”. (Cyrill Glasse, Ensiklopedia Islam, h.190, dibawah kata al-Jahiliah).
Kenyataan ini juga diperkuat dengan ditemukannya peninggalan arkeologis beberapa abad sebelum masa Islam abad-VII (yang secara keliru disebut dalam buku Morley bahwa Alkitab dalam bahasa Arab baru ada pada abad-IX dan menggunakan nama Allah karena dipaksa orang Islam dan bandingkan dengan buku-buku yang bertema ‘Asal bukan Allah’ yang menganggap orang Islam tidak menyukai orang Kristen menggunakan nama ‘Allah’). Suatu pengingkaran sejarah yang dihasilkan semangat Arab/Islam fobia, sebab jauh sebelum ada agama Islam nama Allah sudah digunakan bersama-sama oleh umat Yahudi Arab, Kristen Arab dan bangsa Arab pra-Islam.
Namun, kalau ‘El’ (Ibrani) sama dengan ‘Alaha’ (Aram-Siria) dan ‘Allah’ (Arab), mengapa tidak memilih saja ‘El/Elohim’ yang merupakan bahasa aslinya?
Tuhan dalam menyebarkan firmannya menggunakan kendaraan bahasa-bahasa. Pada zaman Ezra, Alkitab Ibrani sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Aram, dan sejak itu sampai abad ke-XIX bahasa Ibrani hanya digunakan dalam penulisan/penyalinan Kitab Suci saja. Ketika bahasa Yunani menguasai kawasan sekitar Laut Tengah, atas perintah imam besar di Yerusalem, Eliezer, Alkitab PL diterjemahkan dari bahasa Ibrani ke bahasa Yunani (Septuaginta/LXX), inilah yang digunakan Yesus, para Rasul, umat Kristen dan dipakai juga di sinagoga-sinagoga. Demikian juga di hari Pentakosta, Roh Kudus sendiri mengilhami para Rasul untuk mengkotbahkan firman (termasuk nama El/Theos) ke bahasa-bahasa pendengar, dalam arti kata penerjemahan nama Tuhan ke dalam bahasa-bahasa lokal didorong oleh Roh Tuhan/Kudus sendiri.
Berbeda dengan ‘El’ yang diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani sebagai ‘Theos’ dan bahasa Barat sebagai ‘God, Gott, Dieu’, maka nama ‘Allah’ (Arab) sebenarnya bukan terjemahan melainkan perkembangan dialek dalam rumpun Semit sendiri untuk menyebut El (di samping a.l. Alaha dalam bahasa Aram-Siria).
Islam sudah masuk ke Indonesia sejak abad ke-XIII, Kristen Katolik baru masuk abad ke-XVI dan Protestan pada abad ke-XVII, ini berarti sudah tiga abad lebih dimana agama Islam dan bahasa Arab sudah merakyat di Indonesia, dan kemudian nama ‘Allah’ masuk menjadi kosa-kata bahasa Indonesia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, dalam bahasa Indonesia, ada banyak kosa-kata yang berasal dari bahasa asing, yaitu bahasa Arab (1.495, termasuk kata ‘Allah’), Inggeris (1.610), dan Belanda (3.280), maka adalah tepat bila kata yang sekarang menjadi kosa-kata Indonesia itu dipakai untuk menyebut El/Elohim Perjanjian Lama dan Theos Perjanjian Baru dalam Alkitab terjemahan bahasa Indonesia, karena kata itu bukan saja dekat tetapi termasuk keluarga serumpun Semit dengan bahasa Ibrani.
Salam kasih dari Herlianto/YBA.
kemudian bisa kita baca juga yang ini:
MENJAWAB HUJATAN PARA PENENTANG ALLAH DI DALAM ALKITAB
Baru-baru ini beberapa gereja-gereja dan segelintir umat Kristen diresahkan dengan terbitnya “Alkitab Eliezer ben Abraham” berjudul Kitab Suci Taurat dan Injil. Tidak kurang juga orang Kristen telah bingung dengan gerakan ini. Gerakan ini menuntut agar istilah Allah dalam Kitab Suci umat Kristian dihapuskan. Alasannya, nama Allah itu kononnya berasal dari “dewa air” yang mengairi bumi.
Saya sendiri sudah pernah menanggapi usul kontroversial ini dengan menggelar seminar yang menghadirkan pembicara Muslim dari IAIN Syarif Hidayatullah, Dr. Kautsar Azhari Noer.(1) Rekan Muslim saya ini menanggapi dengan kepala dingin, seraya mengatakan: “Itu hanya gerakan kaum awam yang tidak perlu ditanggapi.: Mengapa? Menurut Kautsar, “Setiap agama mengenal kontekstualisasi atau inkulturasi.” Ya, memang dulu istilah Allah pernah dipakai di lingkungan orang-orang jahiliah sebelum zaman Islam. Tetapi Islam justru datang untuk mengubah makna teologis istilah itu.
SEKITAR PENYIMPANGAN NAMA YAHWEH DAN ALLAH
Setelah seminar tersebut, reaksi berdatangan dari pihak “penentang Allah”. Bahkan terbit traktat baru yang khusus menanggapi makalah saya. Saya sendiri memutuskan untuk menghentikan polemik ini. Terus terang, amatlah sulit untuk sesiapa pun memahami “logika” kaum yang kurang cerdas itu.
Bayangkan saja, menurut mereka Allah sebenarnya adalah nama “dewa air.” Yang menjadi dasar mereka adalah buku-buku sumber yang mereka kutip sepenggal-sepenggal dan lepas dari konteks. Saya pun membuktikan berdasarkan inskripsi-inskripsi kuno yang ditemukan di Kuntilet Ajrud, di sekitar Nablus sekarang. Di daerah tersebut nama Yahweh pernah dipuja bersama-sama dewi kesuburan Asyera. Salah satu bunyi inksripsi Kuntilet Ajrud, seperti disebut Andrew D. Clarke dan Bruce W. Winters (ed.), One God, One Lord; Christianity in a world of religious Pluralism, dalam bahasa Ibrani:
Birkatekem le-Yahweh syomron we le ‘asyeratah
Yakni – Aku memberkati engkau demi Yahwe dari Samaria dan demi Asyera. (2)
Dengan fakta di atas, apakah kita dapat mengatakan kita jangan menggunakan nama Yahwe karena nama ini sekutu Asyera, dewi kesuburan Palestina? Argumentasi ini dijawab oleh mreka, bahwa semua yang saya kemukakan itu tidak perlu ditanggapi karena tidak berdasar pada Alkitab. Ya, maksud mereka adalah saya tidak perlu mengutip data-data arkeologi dalam berargumentasi, kecuali hanya berdasarkan ayat-ayat Alkitab.
Nah, di sinilah terbukti ketidakadilan kaum penentang “Allah” dengan amat jelas! Mengapa? Sebab umat Islam tentu saja boleh bertanya balik, “Apakah Allah sebagai dewa air itu ada dalam Alquran?” Lalu, umat Islam pun mengajak kita untuk berargumentasi dan berdebat tanpa bukti sejarah. Cukup dengan ayat-ayat Al-Quran saja. Kalau begitu, jelas tidak ada sepotong ayat pun dalam Alquran yang menyebut Allah sebagai dewa air. Menurut Alquran, Allah adalah Pencipta langit dan bumi (Q.surah al-Jatsiyah 45:22, “Wa khadaq Allah as-samawati wa al-ardh”).
Begitu juga, siapakah Allah itu bagi umat Kristen Arab? “Allah” – demikian menurut Buthros ‘Abd al-Malik, dalam Qamus al-kitab al-Muqaddas – adalah “nama dari Ilah (sembahan) yang menciptakan segala yang ada” (hadza al-llah khalaq al-jami’ al-kainat). (3)
Begitu juga, setiap umat Arab Kristen sebelum atau sesudah Islam mengawali mengucapkan Qanun al-Iman (syahadat Kristian) yang diawali dengan kalimat:
“Nu’minu bi-ilahun wahidun, Allah al-Ab al-dhabital kull, khalaqa as-sama’I wa al-ardh, kulla ma yura wa maa layuura”
yang bermaksud :
Kami percaya kepada satu-satunya sembahan/ilah, yaitu Allah Bapa, yang berkuasa atas segala sesuatu, Pencipta langit dan bumi, dan segala sesuatu yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan. (4)
Mengapa mreka menuduh bahwa Allah adalah “dewa air” berdasarkan sumber-sumber tulisan yang bukan Alquran, sementara mereka menolak data yang telah saya kemukakan tentang penyimpangan nama Yahwe, karena tidak ada dalam Alkitab?
Oleh karena itu, saya menyarankan agar belajar lebih banyak tentang sejarah kekristenan di Timur Tengah, tempat kekristenan mula-mulanya berkembang. Peranan filologi (ilmu perbandingan bahasa) juga sangat penting dalam memperkaya kajian ini, sebelum mereka begitu bersemangat menyebarkan pendapat yang jelas-jelas tidak ilmiah.
KATA ALLAH DAN PADANANNYA DALAM BAHASA IBRANI DAN ARAMI
Dalam menilai kata Allah, kita harus memahami bahwa kata itu serumpun dengan kata-kata bahasa Semitik yang lebih tua (yang dipakai di Timur Tengah: Ibrani dan Arami). Kata Allah itu cognate dengan kata Ibrani: El, Eloah, Elohim; dan kata Arami Elah, Alaha, yang semuanya terdapat dalam Perjanjian Lama ataupun dalam Targum (komentar-komentar Taurat dalam bahasa Arami yang lazim dibaca mulai dari zaman sebelum Al-Masih, zaman Sayidina Isa hingga hari ini).
Perlu anda ketahui, sebagian kecil Kitab Perjanjian Lama juga ditulis dalam bahasa Arami, yakni beberapa pasal Kitan Ezra dan juga beberapa pasal dari Daniel. Marilah kita baca dan cermati ayat-ayat yang menggunakan kata elah di bawah ini:
“Be Shum elah yisra’el …”
Daniel 5 : 1, “Demi Nama Allah Israel.”
“…di elahekon hu elah elahin, umara malekin
Daniel 2:47, “Sesungguhnya Elah-mu itu elah yang mengatasi segala elah dan berkuasa atas para raja.
Sedangkan bentuk Ibrani yang dekat dengan istilah Arami elah dan Arab ilah, al-ilah dan Allah adalah sebutan eloah, misalnya disebutkan:
“Eloah mi-Teman yavo we Qadosh me-Har Paran, Selah”
Yaitu Habakuk 3 : 3, yang bererti -
“Eloah akan datang dari negeri Teman, dan Yang Mahakudus dari pergunungan Paran, Sela.”
Tetapi argumentasi ini pun segera ditanggapi dengan traktat mereka. Menurut mereka, istilah el, elohim, eloah (Ibrani) dan elah, alaha (Arami/Syriac) tidak sejajar dengan istilah Arab Allah berasal dari ilah (God, sembahan). Dengan awalan kata sandang di depannya Al (Inggris: the), makna the god, “sembahan yang itu”. Maksudnya sembahan atau ilah yang benar.
“Laa ilaha ilallah”. Tidak ada ilah selain Allah. Allah adalah satu-satunya ilah. Ungkapan Laa ilaha ilallah ini, dijumpai pula dalam Alkitab terjemahan bahasa Arab, 1 Korintus 8 : 4-6 berbunyi :
“… wa’an Laa ilaha ilallah al-ahad, …faa lana ilahu wahidu wa huwa al-Abu iladzi minhu kullu sya’in wa ilahi narji’u, wa huwa rabbu wahidu wa huwa Yasu’ al-Masihu iladzi bihi kullu syai’in wa bihi nahya”
Yakni maksudnya :
Dan sesungguhnya tidak ada ilah selain Allah, Yang Mahaesa … dan bagi kita hanya ada satu ilah/sembahan yaitu Bapa, yang dari-Nya berasal segala sesuatu dan kepada-Nya kita akan kembali, dan hanya ada satu Rabb/Tuhan, yaitu Yesus Kristus yang melalui-Nya (sebagai Firman Allah) telah diciptakan segala sesuatu dan untuk Dia kita hidup). (5)
Mereka begitu entengnya menanggapi hal ini. Menurut brosur mereka, istilah ‘Allah’ memang ada dalam Alkitab berbahasa Ibrani, tetapi artinya “sumpah” (1 Raj. 8:31; II Taw. 6:22). Mereka benar, tetapi mereka juga harus tahu, seperti kata Yahweh tidak turun dari langit. Demikian pula kata elohim, eloah, elah berasal dari akar kata tertentu. Menurut C.L. Schofield, istilah elah berasal dari akar kata el (Yang Maha kuat) dan alah (sumpah):
“to swear, to bind oneself by an oath, so implifying faithfullness.” (6)
Jadi, di hadapan hadirat El (Yang Maha kuat) seseorang mengikat sumpah (alah). Dari kata El dan alah ini, kemudian terbentuklah kata elah. Sedangkan bentuk elohim, dengan akhiran im menunjukkan jamak untuk menekankan kebesaran (pluralis maestaticus). Oleh para pujangga gereja kata tersebut ditafsirkan secara alegoris sebagai bukti dari sifat ketritunggalan Allah. Karena itu, sangat gegabah untuk menolak fakta keserumpunan antara Arab dengan bahasa Ibrani dan Aram, hanya dengan argumentasi dangkal seperti ini.
Kata alah (dengan satu “l”) memang ada dalam bahasa Ibrani yang berarti “sumpah, kutuk”. Berbeda dengan bahasa Arab allah (dengan dua huruf “L”). Dua huruf “l” (lam) yang dalam istilah Allah menunjukkan asal-usulnya dari kata sandang Al (the) dan ilah (god) seperti dikemukakan di atas. (7)
ISTILAH ALLAH DI LINGKUNGAN KRISTIAN SYRIA PRA-ISLAM
Seperti istilah Yahweh pernah dipuja secara salah di sekitar wilayah Samaria, terbukti dari inskripsi Kuntilet Ajrud dan Khirbet el-Qom, demikian juga istilah Allah disalahgunakan di sekitar Mekkah sebelum zaman Islam. Tetapi istilah Allah dipakai sebagai sebutan bagi Khaliq langit dan bumi oleh orang-orang Kristen Arab di wilayah Syria. Hal ini dibuktikan dari sejumlah inskripsi Arab pra-Islam yang semuanya ternyata berasal dari lingkungan Kristen.
Salah satu inskripsi kuno yang ditemukan pada tahun 1881 di kota Zabad, sebelah tenggara kota Allepo (Arab: Halab), sebuah kota di Syria sekarang, meneguhkan dalil tersebut. Inskripsi Zabad ini telah dibuktikan tanggalnya berasal dari azman sebelum Islam, tepatnya tahun 512. Menariknya, inskripsi ini diawali dengan perkataan Bism-al-lah, “Dengan Nama al-lah” (bentuk singkatnya: Bismillah, “Dengan Nama Allah”), dan kemudian diusul dengan nama-nama orang Kristen Syria. Bunyi lengkap inskripsi Arab Kristen ini dapat direkonstruksi sebagai berikut:
“Bism’ al-lah: Serjius bar ‘Amad, Manaf wa Hani bar Mar al-Qais, Serjius bar Sa’d wa Sitr wa Sahuraih”
terjemahannya :
- Dengan Nama Allah: Sergius putra Amad, Manaf dan Hani putra Mat al-Qais, Sergius putra Sa’ad, Sitr dan Shauraih. (8)
Menurut Yasin Hamid al-Safadi, dalam The Islamic Calligraphy, inskripsi pra-Islam lainya yang ditemukan di Ummul Jimal dari pertengahan abad ke-6 Masehi, membuktikan bahwa berbeda dengan yang terjadi di Arab selatan, di sekitar Syria nama ‘Allah’ disembah secara benar. Inskripsi Ummul Jimmal diawali dengan kata-kata Allah ghafran (Allah mengampuni). (9)
Bahkan menurut Spencer Trimingham, dalam bukunya Christianity among the Arabs in the pre-Islamic Times, membuktikan bahwa pada tahun yang sama dengan diadakannya Majma’ (Konsili) Efesus (431), di wilayah suku Arab Hartis (Yunani: Aretas ) dipimpin seorang uskup yang bernama ‘Abd Allah (Hamba Allah). (10)
Dari bukti-bukti arkeologis ini, jelas bahwa sebutan Allah sudah dipakai di lingkungan Kristen sebelum zaman Islam yang dimaknai sebagai sebutan bagi Tuhan Yang Mahaesa, Pencipta langit dan bumi.
PENGGUNAAN BAHASA IBRANI, YUNANI DAN ARAMI PADA ZAMAN YESUS
Cukup mengherankan bahwa “para penentang Allah” itu selalu menggunakan Ha B’rit ha-Hadasah (Perjanjian Baru bahasa Ibrani) dan memperlakukannya seolah-olah itulah teks bahasa aslinya. Dalam Perjanjian Baru berbahasa Ibrani ini tentu saja kita akan menjumpai nama Yahwe. Tetapi Perjanjian Baru berbahasa Ibrani itu adalah hasil terjemahan dari bahasa Yunani. Penerjemahan dilakukan oleh United Bible Society in Israel, baru pada tahun 1970-an.
Perjanjian Baru aslinya ditulis dalam bahasa Yunani Koine dan para rasul Yesus tidak mempertahankan nama diri Yahwe. Saya setuju bahwa Yesus ketika masuk ke sinagoge, Baginda mengutip teks-teks Perjanjian Lama dalam bahasa Ibrani (Lukas 4:18-19). Namun, kita juga harus paham bahwa Baginda juga telah bercakap-cakap dalam bahasa Arami dengan murid-murid-Nya sebagai “bahasa ibunda” masyarakat Yahudi pada zaman intu.
Penulisan Perjanjian Baru dalam bahasa Yunani karena bahasa ini menjadi bahasa yang paling luas digunakan di seluruh wilayah kekaisaran Romawi pada zaman itu. Meskipun demikian, Perjanjian Baru Yunani itu tidak dapat dipahami tanpa melihat latar belakang budaya Arami. (11) Oleh karena kitab ini masih memelihara beberapa ungkapan Arami – yang waktu itu juga biasa disebut Ibrani – sebab dianggap sebagai salah satu dialek tutur saja bagi masyrakat Yahudi di Galilea. Beberapa contoh kata Arami yang dipelihara itu, antara lain: Talita Kum (Mark 5 : 41), Gabbata (Yohanes 19 : 13), Maranatha (1 Korintus 16 : 23).
Salah satu bukti bahwa Yesus membaca Targum berbahasa Arami, di mana kata Alaha (yang cognate dengan bentuk Ibrani: Eloah, dan Arab: Allah) adalah ungkapan Yesus dalam Markus 15:33, Elohi, Elohi, l’mah sh’vaktani. Sebab dalam teks Mazmur 22:2 bahasa Ibraninya: Eli, Eli lamah ‘azvatani. Selanjutnya, apabila bahasa asli Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani dan para rasul tidak mempertahankan nama Yahwe, lalu apa pula dasar dan alasan mereka mati-matian mempertahankannya?
Para rasul penulis Perjanjian Baru menterjemahkan Kyrios (Tuhan) sebagai kata ganti Yahwe. Sebut satu contoh saja, misalnya Haddebarim/ Ulangan 6 : 4 dalam bahasa asli (Ibrani):
“Syema Ysrael, Adonai Elohenu, Adonay Ehad”.
Kutipan ayat ini ditemukan dalam Markus 12 : 29, di mana nama Yahwe diterjemahkan Kyrios – Tuhan, mengikut terjemahan Yunani Septuaginta:
“Akoue, Israel, Kurios ho theos hemin, kurios eis esti”
- Dengarlah wahai Israel, Kurios (Tuhan) itu Theos/Allah kita, Kurios/Tuhan itu Esa.
Jadi, sekali lagi Markus sang penulis Injil pun tidak mempertahankan nama Yahwe. Lalu, apakah mereka berani berkata bahwa seluruh penulis Perjanjian Baru itu adalah salah?
Dalam bahasa Ibrani istilah “Nama” juga tidak bisa dipahami secara harfiah seperti nama-nama: Suharto, Suradi, Marsudi, Wan, Ngah dan sebagainya. Dalam hal ini anda harus bedakan antara “nama” (yang berasal dari bahasa manusia yang dibatasi oleh konteks ruang dan waktu) dengan “Dia yang dinamakan” (Yang Absolute, tidak terbatas, tidak terhingga). “Nama” dalam teologi Yahudi lebih menunjuk kepada “Kuasa di balik Ia yang di-Nama-kan”. Karena itu, orang-orang Yahudi hanya mempertahankan tetagramaton (keempat huruf suci: y h w h), tetapi tidak membacanya dalam tradisi lisan. Kata itu sudah lazim dibaca dengan: Adonay (Tuhanku) atau Ha-Shem (“the Name”, Sang Nama).
Silakan mereka memeriksa tradisi Yahudi ini, misalnya literatur Yahudi: Humasah Hunasy Torah ‘im Targum Onqelos, (12) berbahasa Ibrani dan Arami yang lazim dipakai pemeluk Yahudi hingga zaman sekarang ini.
Kesimpulan saya, apabila kita menolak usulan para “penentang Allah” itu, bukan sekadar menimbang manfaat atau mudaratnya saja. Manfaatnya jelas tidak ada sama sekali. Mudaratnya jelas tidak hanya membingungkan umat Kristiani, tetapi telah membuka “barisan permusuhan” dengan umat Islam. Yang lebih penting lagi, tidak ada gunanya berdialog dengan orang-orang yang memang tidak memenuhi standard berpikir ilmiah itu. “Tetapi mereka menghujat segala sesuatu yang tidak mereka ketahui,” demikian Yudas 1:10, dan lanjutan ayat ini saya tidak tega untuk menuliskannya di sini.
Nota-nota dan Referensi
Majalah DR, “Ketika Allah diperdebatkan”, 9-14 Ogos 1999.
Andrew D. Clarcke dan Bruce W.Winters (ed.), Satu Allah satu Tuhan: Tinjauan Alkitab tentang Pluralisme Agama (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995), hlm.50
Buthros ‘Abd al-Malik (ed.), Qamus al-Kitab al-Muqaddas (Beirut: Jami’ al-Kana’is fii al-Syarif al-Adniy, 1981), hlm.107
Al-Qamas Isodorus al-Baramus, Al-Ajabiyat: shalawat As-Sa’at wa Ruh al-Tashra’at (Kairo: Maktabah Mar Jurjis al-Syaikulaniy Syabra, 1996), hlm. 79.
“Risalat Bulus ar-Rasul ila Ahl Kurinthus al-Awwal 8 : 4-6″, dalam al-Kitab al-Muqaddas (Beirut: Dar al-Kitab al-Muqaddas fii al-Syariq al-Ausath, 1992).
Rev. C.I. Schofield (ed.), Holy Bible, Schofield Reference (London: Oxford University Press, 1945), hlm.3
Kita lihat bahwa Allah itu Al-nya merupakan hamzah washl. Kerana itu menjadi wallahi, billahi dan sebagainya. Itu berarti kata Allah bukan merupakan akar kata yang asli. Sebab akar kata yang asli pasti menggunakan hamzah qath’. Lihat: Nurcholish Madjid, Dialog Keterbukaan: Artikulasi Nilai Islam dalam Wacana Sosial Politik Kontemporer (Jakarta: Paramadina, 1998), hlm.262.
Bacaan Bism al-lah (Dengan Nama Allah) berasal dari Yasin Hamid al-Safadi, Kaligrafi Islam. Alih Bahasa: Abdul Hadi WM (Jakarta: PT. Panca Simpati, 1986), hlm. 6. Sedangkan M.A. Kugener, Note sur l’inscription triligue de Zebed (1907) seperti dikutip Spencer Trimingham Christianity Among the Arabs in pre Islamic Times (London-Beirut: Longman-Librairie du Liban, 1979), hlm. 226, membacanya “Teym al-Ilah”.
Jadi, sebagai nama diri yang diusul oleh nama-nama lainnya, bukan sebagai bunyi sebuah doa. Tetapi apa pun bunyi yang paling tepat dari awal inskripsi itu, yang jelas kata al-llah, Allah sudah dipakai dalam makna Tauhid Kristen, dan bukan dalam makna dewa berhala yaitu pagan.
Yasin Hamid al-Safadi, Loc.Cit
Spencer Trimingham, Op. Cit. Hlm. 74
Matthew Black, An Aramaic Approach to the Gospels and Acts (Oxford: At the Calrendon Press, 1967).
Rabbi Nosson Scherman-Rabbi Meir Zlotowitz (ed.), Humasah Humasy Torah ‘im Targum Onqelos (Brooklyn: Mesorah Publications, Ltd. 1993), hlm.xxvi. Selanjutnya, mengenai Nama (dan nama-nama) Allah, cf. “Parashas Shemos”, hlm.304-305.
point yang penting dari penjelasan tersebut
1. Tuhan yang disembah orang Islam sama dengan yang di sembah para nabi dan pengikutnya ,sebelum kenabian nabi Muhammad
2. bahwa Nama YHWH pernah disimpangkan,
seperti yang tertulis:
“Saya pun membuktikan berdasarkan inskripsi-inskripsi kuno yang ditemukan di Kuntilet Ajrud, di sekitar Nablus sekarang. Di daerah tersebut nama Yahweh pernah dipuja bersama-sama dewi kesuburan Asyera. Salah satu bunyi inksripsi Kuntilet Ajrud, seperti disebut Andrew D. Clarke dan Bruce W. Winters (ed.), One God, One Lord; Christianity in a world of religious Pluralism, dalam bahasa Ibrani:
Birkatekem le-Yahweh syomron we le ‘asyeratah
Yakni – Aku memberkati engkau demi Yahwe dari Samaria dan demi Asyera. (2)
Dengan fakta di atas, apakah kita dapat mengatakan kita jangan menggunakan nama Yahwe karena nama ini sekutu Asyera, dewi kesuburan Palestina? Argumentasi ini dijawab oleh mreka, bahwa semua yang saya kemukakan itu tidak perlu ditanggapi karena tidak berdasar pada Alkitab. Ya, maksud mereka adalah saya tidak perlu mengutip data-data arkeologi dalam berargumentasi, kecuali hanya berdasarkan ayat-ayat Alkitab.”
kemudian dari penjelasan intelektual yang sebelumnya adalah intelektual Kristen,yaitu Jerald f dirk
Penggunaan kata Allah yang berarti Tuhan sering kali terdengar agak aneh, esoterik, dan asing bagi telinga orang Barat. Allah adalah kata dalam bahasa Arab yang berasal dari pemadatan al dan Ilah. Ia berarti Tuhan atau menyiratkan Satu Tuhan. Secara linguistik, bahasa Ibrani dan bahasa Arab terkait dengan bahasa-bahasa Semitik, dan istilah Arab Allah atau al-Ilah terkait dengan El dalam bahasa Ibrani, yang berarti Tuhan.1 El-Elohim berarti Tuhannya para tuhan atau Sang Tuhan.2 Ia adalah kata bahasa Ibrani yang dalam Perjanjian Lama diterjemahkan Tuhan. Karena itu, kita bisa memahami bahwa penggunaan kata Allah adalah konsisten, bukan hanya dengan Al-Qur’an dan tradisi Islam, tetapi juga dengan tradisi-tradisi-biblikal yang tertua.
Persamaan mendasar antara istilah Arab al-Ilah, di mana Allah merupakan pemadatannya, dan istilah Ibrani El-Elohim bisa dipahami secara lebih jelas jika kita memerhatikan abjad bahasa Arab dan Ibrani. Baik bahasa Arab maupun Ibrani sama-sama tidak memiliki huruf untuk bunyi vokal. Abjad kedua bahasa tersebut hanya terdiri dari konsonan, dan keduanya bersandar pada penandaan sebagai bunyi vokal yang secara khas ditemukan hanya dalam tulisan formal sebagai satu petunjuk pengucapan. Transliterasi bahasa Indonesia dari istilah Arab al-Ilah dan istilah Ibrani El-Elohim telah memasukkan penandaan-penandaan vokal ini. Jika kita harus menghilangkan transliterasi Indonesia berupa penandaan-penandaan vokal ini, maka istilah Arab tersebut menjadi al-Ilh dan istilah Ibrani di atas menjadi El-Elhm. Jika kita harus menghilangkan bentuk jamak, yang hanya ditemukan dalam bahasa Ibrani, maka istilah Arabnya tetap al-Ilh, sementara istilah Ibraninya menjadi El-Elh. Akhirnya, jika kita harus melakukan transliterasi atas seluruh “alif” dalam bahasa Arab sebagai “a”, dan seluruh “alif” dalam bahasa Ibrani sebagai “a” juga, maka istilah Arabnya menjadi Al-Alh, dan istilah Ibraninyapun menjadi Al-Alh. Dengan kata lain, dengan pengecualian tunggal bahwa bahasa Ibrani menggunakan bentuk jamak, al-Ilah, di mana Allah merupakan pemadatannya, dan El-Elohim, istilah Ibrani yang diterjemahkan sebagai Tuhan dalam Perjanjian Lama, benar-benar merupakan istilah yang sama sekali identik dalam bahasa Arab dan Ibrani, dua bahasa yang memiliki hubungan sangat erat.
kemudian dari kalangan “ulama islam”
soal keunikan nama Allah, saya akan menyampaikan dari sumber tulisan orang/ulama Islam.
Kata ‘Allah’ merupakan nama Tuhan yang paling populer. Apabila anda berkata :”Allah..”, maka apa yang anda ucapkan itu telah mencakup semua nama-nama-Nya yang lain, sedangkan bila anda mengucapkan nama-nama-Nya yang lain – misalnya ‘ar-Rahmaan’, ‘al-Malik’ dan sebagainya – maka ia hanya menggambarkan sifat Rahman, atau sifat kepemilikan-Nya. Disisi lain, tidak satupun dapat dinamakan Allah, baik secara hakikat maupun secara majazi, sedangkan sifat-sifat-Nya yang lain – secara umum – dapat dikatakan bisa disandang oleh makhluk-makhluk-Nya. Bukankah kita dapat menamakan si Ali yang pengasih sebagai ‘Rahiim’?, atau Ahmad yang berpengetahuan sebagai ‘Aliim’?. Secara tegas, Tuhan Yang Maha Esa itu sendiri yang menamakan dirinya Allah.
14. Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. (Thaahaa). Innanii = sesungguhnya Aku, anaa = Aku, Allaahu = Allah, laa ilaaha = tidak ada tuhan, illaa = melainkan, ana = Aku…
Dia juga dalam Al-Qur’an yang bertanya :”hal ta’lamu lahuu samiyyaa..” (Surat Maryam ayat 19). Ayat ini, dipahami oleh pakar-pakar Al-Qur’an bermakna :”Apakah engkau mengetahui ada sesuatu yang bernama seperti nama ini..?” atau :”Apakah engkau mengetahui sesuatu yang berhak memperoleh keagungan dan kesempurnaan sebagaimana pemilik nama itu (Allah)?” atau bermakna :”Apakah engkau mengetahui ada nama yang lebih agung dari nama ini?”, juga dapat berarti :”Apakah kamu mengetahui ada sesuatu yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?”
Pertanyaan-pertanyaan yang mengandung makna sanggahan ini kesemuanya benar, karena hanya Tuhan Yang Maha Esa yang wajib wujudnya itu yang berhak menyandang nama tersebut, selain-Nya tidak ada, bahkan tidak boleh. Hanya Dia yang berhak memperoleh keagungan dan kesempurnaan mutlak, sebagaimana tidak ada nama yang lebih agung dari nama-Nya itu.
Para ulama dan pakar bahasa mendiskusikan kata tersebut antara lain apakah ia memiliki akar kata atau tidak. Sekian banyak ulama yang berpendapat bahwa kata ‘Allah’ tidak terambil dari satu akar kata tertentu, tapi ia adalah nama yang menunjuk kepada zat yang wajib wujud-Nya, yang menguasai seluruh hidup dan kehidupan, serta hanya kepada-Nya seharusnya seluruh makhluk mengabdi dan bermohon. Tetapi banyak ulama berpendapat, bahwa kata ‘Allah’ asalnya adalah ‘Ilaah’, yang dibubuhi huruf ‘Alif’ dan ‘Laam’ dan dengan demikian, ‘Allah’ merupakan nama khusus, karena itu tidak dikenal bentuk jamaknya. Sedangkan ‘Ilaah’ adalah nama yang bersifat umum dan yang dapat berbentuk jamak (plural), yaitu ‘Alihah’. Dalam Bahasa Inggeris, baik yang bersifat umum maupun khusus, keduanya diterjemahkan dengan ‘god’, demikian juga dalam Bahasa Indonesia keduanya dapat diterjemahkan dengan ‘tuhan’, tapi cara penulisannya dibedakan. Yang bersifat umum ditulis dengan huruf kecil ‘god/tuhan’, dan yang bermakna khusus ditulis dengan huruf besar ‘God/Tuhan’.
‘Alif’ dan ‘Laam’ yang dibubuhkan pada kata ‘Ilaah’ berfungsi menunjukkan bahwa kata yang dibubuhi tersebut merupakan sesuatu yang telah dikenal dalam benak. Kedua huruf tersebut sama dengan ‘The’ dalam bahasa Inggeris. Kedua huruf tambahan itu menjadi kata yang dibubuhi menjadi ‘ma’rifat’ atau ‘definite’ (diketahui/dikenal). Pengguna Bahasa Arab mengakui bahwa Tuhan yang dikenal dalam benak mereka adalah Tuhan Pencipta, berbeda dengan tuhan-tuhan (aliihah/bentuk jamak dari ilaah) yang lain. Selanjutnya dalam perkembangannya lebih jauh dan dengan alasan mempermudah, ‘hamzah’ yang berada antara dua ‘laam’ yang dibaca ‘i’ pada kata ‘al-Ilaah’ tidak dibaca lagi, sehingga berbunyi ‘Allah’ dan sejak itulah kata ini seakan-akan telah merupakan kata baru yang tidak memiliki akar kata, sekaligus sejak itu pula kata ‘Allah’ menjadi nama khusus bagi Pencipta dan Pengatur alam raya yang wajib wujud-Nya.
Sementara ulama berpendapat bahwa kata ‘Ilaah’ yang darinya terbentuk kata ‘Allah’ berakar dari kata ‘al-Ilaahah’, ‘al-Uluuhah’ dan ‘al-Uluuhiyyah’ yang kesemuanya menurut mereka bermakna ‘ibadah/penyembahan’, sehingga ‘Allah’ secara harfiah bermakna ‘Yang Disembah’. Ada juga yang berpendapat bahwa kata tersebut berakar dari kata ‘Alaha’ dalam arti ‘mengherankan’ atau ‘menakjubkan’ karena segala perbuatan/ciptaan-Nya menakjubkan atau karena bila dibahas hakekat-Nya akan mengherankan akibat ketidak-tahuan makhluk tentang hakekat zat Yang Maha Agung itu. Apapun yang terlintas dalam benak menyangkut hakekat zat Allah, maka Allah tidak demikian. Itu sebabnya ditemukan riwayat yang menyatakan :”Berpikirlah tentang makhluk-makhluk Allah dan jangan berpikir tentangZat-Nya”. Ada juga yang berpendapat bahwa kata ‘Allah’ terambil dari akar kata ‘Aliiha Ya’lahuu” yang berarti ‘tenang’, karena hati menjadi tenang bersama-Nya, atau dalam arti ‘menuju’ dan ‘bermohon’ karena harapan seluruh makhluk tertuju kepada-Nya dan kepada-Nya jua makhluk bermohon.
Memang setiap yang dipertuhankan pasti disembah dan kepadanya tertuju harapan dan permohonan lagi menakjubkan ciptaannya, tetapi apakah itu berarti bahwa kata ‘Ilaah’ – dan juga ‘Allah’ – secara harfiah bermakna demikian..? , dapat dipertanyakan apakah bahasa atau Al-Qur’an yang menggunakannya untuk makna ‘yang disembah’?. Kalau anda menemukan semua kata ‘Ilaah’ dalam Al-Qur’an, niscaya akan anda temukan bahwa kata itu lebih dekat untuk dipahami sebagai penguasa, pengatur alam raya atau dalam genggaman-Nya segala sesuatu, walaupun tentunya yang meyakini demikian, ada yang salah pilih ‘ilaah’nya.
Kata ‘Allah’ mempunyai kekhususan yang tidak dimiliki oleh kata selainnya, ia adalah kata-kata yang sempurna huruf-hurufnya, sempurna maknanya, serta memiliki kekhususan berkaitan dengan rahasianya, sehingga sementara ulama menyatakan bahwa kata itulah yang dinamai ‘Ismu-Ilaah al-A’zham (Nama Allah yang paling mulia). Yang bila diucapkan dalam do’a, Allah akan mengabulkannya. Dari segi lafaz terlihat keistimewaan ketika dihapus huruf-hurufnya. Bacalah kata ‘Allah’ dengan menghapus huruf awalnya, akan berbunyi ‘Lilaah’ dalam arti ‘milik/bagi Allah’, kemudian hapus huruf awal dari kata ‘Lilaah’, itu akan terbaca ‘Laahu’ dalam arti ‘bagi-Nya’, selanjutnya, hapus lagi huruf awal dari ‘Laahu’, akan terdengan dalam ucapan ‘Huu’, yang berarti ‘Dia (menunjuk Allah), dan apabila itupun dipersingkat akan terdengar suara ‘Ah’ yang sepintas atau pada lahirnya mengandung makna keluhan, tapi pada hakekatnya mengandung makna permohonan kepada Allah. Karena itu sementara ulama berkata bahwa kata ‘Allah’ terucap oleh manusia, sengaja atau tidak sengaja, suka atau tidak suka. Itulah salah satu bukti adanya ‘fitrah’ dalam diri manusia. Al-Qur’an juga menegaskan bahwa sikap orang-orang musyrik adalah :
38. Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?”, niscaya mereka menjawab: “Allah”. (Az Zumar)
dari segi makna dapat dikatakan bahwa kata ‘Allah’ mencakup segala sifat-sifat-Nya, bahkan Dia-lah yang menyandang nama-nama tersebut, karena itu jika anda berkata “Yaa..Allah..”, maka semua nama-nama/sifat-sifat-Nya telah tercakup oleh kata tersebut. Disisi lain, jika anda berkata ‘ar-Rahiim’, maka sesungguhnya yang anda maksud adalah Allah. Demikian juga ketika anda menyebut ‘al-Muntaqim’ (yang membalas kesalahan), namun kandungan makna ‘ar-Rahiim’ (Yang Maha Pengasih) tidak tercakup didalam pembalasan-Nya, atau sifat-sifat-Nya yang lain. Itulah salah satu sebab mengapa dalam syahadat seseorang selalu harus menggunakan kata ‘Allah’ ketika mengucapkan ‘Asyhadu an Laa Ilaaha Illa-llaah’ dan tidak dibenarkan menggantinya dengan nama-nama-Nya yang lain.
Demikianlah Allah, karena itu tidak heran jika ditemukan sekian banyak ayat di dalam Al-Qur’an yang memerintahkan orang-orang beriman agar memperbanyak zikir menyebut nama Allah, karena itu setiap perbuatan yang penting hendaknya dimulai dengan menyebut nama itu, nama Allah. Rasulullah bahkan mengajarkan lebih rinci lagi :”Tutuplah pintumu dan sebutlah nama Allah, padamkanlah lampumu dan sebutlah nama Allah, tutuplah periukmu dan sebutlan nama Allah, rapatkanlah kendi airmu dan sebutlah nama Allah…”
Menjawab tuduhan KRISTEN kesalahan tata bahasa dalam alqur'an
Zakaria boutros merupakan sumber copy paste Faith freedom indonesia dan salah salah satu pitnah dan tuduhan faith freedom indonesia yang diambil dari tulisan zakaria boutros adalah tentang kesalahan tata bahasa dalam alqur'an atau kesalahan nahwu sorop mari kita ulas bersma tentang tuduhan kristen laknatullah,
Berbagai macam cara para kafir laknatullah untuk menghujat alqur'an dan hadis Nabawi, Allah benar-benar menjaga alqur'an dari hujatan dan fitnah kafir Laknatullah, Tidak ada satupun tuduhan kafir itu menjadi kenyataan, Alqur'an adalah kalamullah yang diturunkan kepada penutup para nabi yaitu nabi muhammad saw, dan mustahil kitab suci dari tuhan mengalami kesalahan, karena kesalahan merupakan sipat manusia bukan sipat tuhan.
Alqur'an adalah kitab suci dari tuhan dan mustahil terdapat kesalahan dan pertentangan sebagai mana yang dinyatakan tuhan dalam alqur'an:
Maka apakah mereka tidak memperhatikan Alqur'an!!!, jikalau alqur'an bukan dari sisi allah Niscaya mereka menemukan Pertentangan yang banyak.( QS: ANNISA'82)
Berbagai macam tuduhan terhadap alqur'an, salah satu tuduhan kafir laknatullah, adalah bahwa alqur'an terdapat banyak kesalahan tata bahasa atau gramer, Apakah mungkin alqur'an mengalami kesalahan tata bahasa, sedangkan ilmu tata bahasa diambil dari alqur'an, Ilmuan bahasa arab membuat qoidah bahasa arab ( Nahwu shorop), untuk mempelajari maksud dari alqur'an, dan semua ilmu tata bahasa diambil dari alqur'an jadi mustahil alqur'an terdapat kesalahan tata bahasa arab.
Dan para kuffar berusaha mencari kesalahan dalam alqur'an seperti subhat merka tentang:
ROPA' MA'TUB ALA MANASUB(رفع المعطوف على المنصوب) :
Dalam Surat AL-Maidah ayat: 69
Ayat ini sering digemborkan oleh Orientalis dan mesionaris kristen yang dibayar oleh pihak tertentu untuk membuktikan kesalahan dalam alqu'an, padahal ini semua karena kebodohan mereka dalam memahami bahasa arab alqur'an, kita semua tahu bahwa tidak semua orang arab bisa mengerti bahasa alqur'an, sebab bahasa alqur'an sangat tinggi dan agung berbeda dengan bahasa arab konpensional, Dan ini adalah salah satu bukti bahwa alqur'an adalah kitab suci dari tuhan, sebab semua kitab suci yang dari tuhan mesti berbeda dengan buku yang dibuat manusia, sebab secara logis tuhan pasti berbeda dengan mahluk begitu juga dengan kitab sucinya, coba kita perhatikan tuduhan kesalahan grametika dalam alqur'an, dalam surat almaidah dibawah ini
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُواْ وَالَّذِينَ هَادُواْ وَالصَّابِئُونَ وَالنَّصَارَى
مَنْ آمَنَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وعَمِلَ صَالِحًا فَلاَ خَوْفٌ
عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ
Menurut mereka( kafir).Surat Al Maeda ayat 69 adalah salah secara tata bahasa Arab karena bentuk “raf’a”, وَالصَّابِئُونَ “waalssabioona” , tapi mendapat kata إِنَّ Inna, yang menjadi tanda bentuk kategori “nasb”. Sebuah kesalahan yang sangat jelas terlihat.
Surat Al Baqara ayat 62 adalah salah secara tata bahasa Arab karena telah berbentuk kategori “nasb”, وَالصَّابِئِينَ waalssabieena , tetapi kata tersebut menjadi subjek dari sebuah kata kerja, yaitu “beriman kepada Allah”, sedangkan bentuk kategori “nasb” yang seharusnya adalah kata tersebut menjadi objek dari sebuah kata kerja.
Dan sekarang kita coba Menganalisa perkata dalam ayat ini dan apa pendapat jamhur ilmu nahwu dan syorop tentang ayat ini dan perkatan ulama tafsir seperti dibawah ini:
Pertama: Dari Ulam jamhur nahwu basrah berkata:
Inna ( ان ) dan Asobiun ( الصابئون) Marpu' 'alan anahu maubtada ( مرفوع على انه مبتد)
dan khobarnya mahzub ัyadulu alaihi khobar magoblahuوخبره مخذوف يدل عليه خبر ماقبله) :إِنَّ الَّذِينَ آمَنُواْีJamhur nahwu mengatakan: والنية التأخير atau mengakhirkan kata assobiun ( الصابئون)setelah kata: wannasoro (والنصارى)dan ini adalah bentuk nizom makna:
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُواْ وَالَّذِينَ هَادُواْ وَالنَّصَارَى من امن منهم بالله واليوم الأخر فلا خوف عليهم ولا هم يخزنون والصابئون كذلك.
Sesungguhnya orang mukmin orang yahudi orang kristen siapa saja diantara mereka yang beriman kepada allah dan hari akhir kamudian mereka beramal sholeh mereka mendapt pahala dari sisi tuhan tidak ada kewatiran terhadap mereka dan mereka tidak pula mereka bersedih hati. demikian juga orang sabiin( orang yang keluar dari agama samawiyah)Mereka juga akan mendapat ganjaran yang serupa dengan orang mukmin,yahudi dan nasrani jikalau mereka beriman kepada allah dan beramal saleh.
Dan segi pemakaan kalimat arab, jumlah ismiyah muakadah dengan inna, boleh disebutkan mubtada yang lain selain isim, dan inna disebutkan satu khobar bagi isim" inna" dan dibuang khobar mubtada kedua menunjukkan khobar isim atau membuang khobar isim " INNA" Dan menjadikan khobar yang disebut untuk mubtada yang kedua menunjukkan khobar isim"INNA" MAHZUB.Dan jelas menurut jamhur ulama nahwu basrah ayat ini terlepas dari kesalahan
Pendapat kedua: Dan inna ( ان)Didalam surat almaidah bukanlah,INNA NASIHAH (ان"الناسخة) Yang menasabkan mubtada dan meropakkan khobar akan tetapi ia bermakna" iya" yaitu harpun jawab(حرف جواب)dan tidak dipakai dalam jumlah ismiyah, tidak nasab dan juga tidak khobar, karena allaziina( الذين)Adalah ismun mausul (اسم الموصول) mabni fi mahli ropa'.Dan alamat ropa'nya waw (واو).Karena jama' muzakkaris salim, dan mupradnya:Sobii (صابئ)
Dan semua dari kata: allazina(الذين).Dan assobiun ( الصابئون), Dan wannasoro (والنصارى)Ialah ; اسماء مرفوعةاما محلا.وهما:
Allaziina ( الذين)ialah مبنية فى محل رفع. Dan wannasoro (والنصارى),Marpu'dengan dommah muqadaroh karena isim maqsur yang tidak dijelaskan akhir harokatnya, dan assobiun ( الصابئون)Marpu'lapaz dengan waw jama'
Dan zamahsari mupasir memilih pendapat yang pertama yaitu mazhab Jamhur ulama nahwu basroh.
Dan imam saukani mengatakan: والصابئون: مرفوع على ابتداء.Dan khobrnya mahzub.
واتقدير:إِنَّ الَّذِينَ آمَنُواْ وَالَّذِينَ هَادُواْ من امن بالله واليوم الأخر وعمل صالحافلا خوف عليهم ولا هم يخزنون والصابئون والنصارى كذالك
Sesungguhnya orang mukmin,orang yahudi, siapa saja diantara mereka yang berimana kepada allah dan hari akhir dan melakukan amal sholeh, mereka mendapt pahala dari sisi tuhan tidak ada kewatiran terhadap mereka dan mereka tidak pula mereka bersedih hati, demikian juga dengan orang saabiin dan orang nasrani.
secara umum penetapan والنصارا معطوف على ان الذين امنوا والذين هادو
Dan perbedaan balaghoh dalam ayat ini untu memudahkan perbedaan tiga sekte yang disebutkan allah yaitu:
-الذين امنو - الذين هادو - النصارى - الصائبون
Tiga golongan yang pertama yang disebutkan dalam alqur'an mempunyai ikatan yang kuat karena masing-masing golongan tuhan memberikan kitab suci kepada mereka dan atas mereka ada rosul dari sisi tuhan sebagai berikut:
1. Orang yang Beriman ( Islam) : kitab sucinya Alqur'an dan Nabinya Muhammad saw
2. Orang Yahudi kitab suci mereka Taurat dan nabi mereka Musa alaihi wasallam
3. orang Nasooro kitab suci mereka Injil dan nabi mereka Isa alaihi wasallam
Sedangkan golongan yang terakhir Assoibun adalah golongan yang keluar dari dari tiga golongan tersebut mereka tidak mempunyai kitab suci dari tuhan dan tidak ada rosul atas mereka
Dan maqom yang dibicarakan ayat tersebut Allah akan menerima amal mereka disisi tuhan apabila mereka beriman dengan iman yang benar dan melakukan amal soleh dan allah akan menghapus kesalahan mereka sebelum beriman dan allah tidak melihat masa lalu mereka yang telah mereka kerjakan yang selalu bermaksiat kepada allah dan menyukutukan allah dan jikalau mereka mengantinya dengan iman kepada allah dan melakukan amal sholeh allah akan memberikan ganjaran pahala seperti orang yang beriman( Islam)
Haadu: Yakni orang yahudi yang mana disaat turunnya alqur'an kebanyakan mereka menyimpang dari agama mereka dan berpaling dari kebenaran dan mereka merubag dan mengganti apa yang diturunkan Allah kepada mereka, Dan apabila mereka beriman dengan iman yang benar dan bertaubat kepada allah dan mengikuti apa yang diturunkan allah kepada penutup rosul nabi muhammad saw, maka mereka akan aman dari azab allah dan mereka tidak takut dan bersedih.
Begitu juga dengan orang Nasooro mereka menjadikan tuhan mempunyai anak atau menuhan isa ibn maryam dan mereka melenceng dari ajaran agama mereka, dan apabila mereka beriman dengan iman yang benar , dan memperbaiki perbuatan mereka dan beriman kepada rosul terakhir yakni muhammad saw dan melakukan amal sholeh maka usaha mereka akan dibalas disisi tuhan dan allah akan menghilangkan rasa takut mereka dan mereka tidak bersedih hati.
Kamudia ada golongan tambahan yaitu orang Shoibin mereka keluar dari agama samawiyah dan allah juga akan menerima mereka dan mengampuni mereka sebabgai mana allah mengampuni orang yahudi dan nassooro yang beriman kepada allah dan rosulnya.
Dan coba kita perhatikan hurup waw pada kata shooibuun bukan a'top pada mupradat akan tetapi a'topnya kepada jumlah dan waw yang diatopkan pada jumlah atas yang lain dan tidak digunakan didalam mupradath jumlah ma'tupah, dan Ia tidak nasab tidak nasab dan tidak jar. akan tetapi taarobit baina jumlataini ma'tupah. dan ma'tupnya kepada ma'na bukan kepada kepada harokat i'robnya.
Dan sangat jelas dari sini ayat alqur'an terbebas dari tuduhan orang kafir laknatullah bagaimana mungkin alqur'an salah dalam tata bahasa atau qoidah nahwu shorop sedangakan ilmu nahwu shorop diambil dari alqur'an, Sungguh sangat musthail jikalau ada orang salah dalam mengukur panjang lalu penggarisnya yang kita salahkan, terima kasih semoga bermampaat, dan semoga kita senantiasa dala lindungan allah dari tipu daya musuh-musuh islam Orang kristen dan orang yahudi dkk,
Mukjizat alqur'an sunnguh luar biasa dan kesesuai dengan zaman dan masa dan tidak ada satupun manusia samapi sekrang ini yang bisa merombak isi alqur'an walau hanya satu hurup dan orang kristen berusaha membuat alqur'an palsu untuk menipu umat islam namun hasilnya hanya sia-sia saja sebab alqur'an dijaga kemurnianya oleh tuhan dan bersemayam didada kaum muslimin.
sekali lagi semoga kita senantiasa terlepas dari tipu daya agama kristen yahudi karena mereka tidak senang kepada kita islam sampai kita mengikuti kesesatan mereka atau agama mereka..semoga allah menyelamatkan kita islam, semuanya amien
by AVEROOES
Berbagai macam cara para kafir laknatullah untuk menghujat alqur'an dan hadis Nabawi, Allah benar-benar menjaga alqur'an dari hujatan dan fitnah kafir Laknatullah, Tidak ada satupun tuduhan kafir itu menjadi kenyataan, Alqur'an adalah kalamullah yang diturunkan kepada penutup para nabi yaitu nabi muhammad saw, dan mustahil kitab suci dari tuhan mengalami kesalahan, karena kesalahan merupakan sipat manusia bukan sipat tuhan.
Alqur'an adalah kitab suci dari tuhan dan mustahil terdapat kesalahan dan pertentangan sebagai mana yang dinyatakan tuhan dalam alqur'an:
Maka apakah mereka tidak memperhatikan Alqur'an!!!, jikalau alqur'an bukan dari sisi allah Niscaya mereka menemukan Pertentangan yang banyak.( QS: ANNISA'82)
Berbagai macam tuduhan terhadap alqur'an, salah satu tuduhan kafir laknatullah, adalah bahwa alqur'an terdapat banyak kesalahan tata bahasa atau gramer, Apakah mungkin alqur'an mengalami kesalahan tata bahasa, sedangkan ilmu tata bahasa diambil dari alqur'an, Ilmuan bahasa arab membuat qoidah bahasa arab ( Nahwu shorop), untuk mempelajari maksud dari alqur'an, dan semua ilmu tata bahasa diambil dari alqur'an jadi mustahil alqur'an terdapat kesalahan tata bahasa arab.
Dan para kuffar berusaha mencari kesalahan dalam alqur'an seperti subhat merka tentang:
ROPA' MA'TUB ALA MANASUB(رفع المعطوف على المنصوب) :
Dalam Surat AL-Maidah ayat: 69
Ayat ini sering digemborkan oleh Orientalis dan mesionaris kristen yang dibayar oleh pihak tertentu untuk membuktikan kesalahan dalam alqu'an, padahal ini semua karena kebodohan mereka dalam memahami bahasa arab alqur'an, kita semua tahu bahwa tidak semua orang arab bisa mengerti bahasa alqur'an, sebab bahasa alqur'an sangat tinggi dan agung berbeda dengan bahasa arab konpensional, Dan ini adalah salah satu bukti bahwa alqur'an adalah kitab suci dari tuhan, sebab semua kitab suci yang dari tuhan mesti berbeda dengan buku yang dibuat manusia, sebab secara logis tuhan pasti berbeda dengan mahluk begitu juga dengan kitab sucinya, coba kita perhatikan tuduhan kesalahan grametika dalam alqur'an, dalam surat almaidah dibawah ini
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُواْ وَالَّذِينَ هَادُواْ وَالصَّابِئُونَ وَالنَّصَارَى
مَنْ آمَنَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وعَمِلَ صَالِحًا فَلاَ خَوْفٌ
عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ
Menurut mereka( kafir).Surat Al Maeda ayat 69 adalah salah secara tata bahasa Arab karena bentuk “raf’a”, وَالصَّابِئُونَ “waalssabioona” , tapi mendapat kata إِنَّ Inna, yang menjadi tanda bentuk kategori “nasb”. Sebuah kesalahan yang sangat jelas terlihat.
Surat Al Baqara ayat 62 adalah salah secara tata bahasa Arab karena telah berbentuk kategori “nasb”, وَالصَّابِئِينَ waalssabieena , tetapi kata tersebut menjadi subjek dari sebuah kata kerja, yaitu “beriman kepada Allah”, sedangkan bentuk kategori “nasb” yang seharusnya adalah kata tersebut menjadi objek dari sebuah kata kerja.
Dan sekarang kita coba Menganalisa perkata dalam ayat ini dan apa pendapat jamhur ilmu nahwu dan syorop tentang ayat ini dan perkatan ulama tafsir seperti dibawah ini:
Pertama: Dari Ulam jamhur nahwu basrah berkata:
Inna ( ان ) dan Asobiun ( الصابئون) Marpu' 'alan anahu maubtada ( مرفوع على انه مبتد)
dan khobarnya mahzub ัyadulu alaihi khobar magoblahuوخبره مخذوف يدل عليه خبر ماقبله) :إِنَّ الَّذِينَ آمَنُواْีJamhur nahwu mengatakan: والنية التأخير atau mengakhirkan kata assobiun ( الصابئون)setelah kata: wannasoro (والنصارى)dan ini adalah bentuk nizom makna:
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُواْ وَالَّذِينَ هَادُواْ وَالنَّصَارَى من امن منهم بالله واليوم الأخر فلا خوف عليهم ولا هم يخزنون والصابئون كذلك.
Sesungguhnya orang mukmin orang yahudi orang kristen siapa saja diantara mereka yang beriman kepada allah dan hari akhir kamudian mereka beramal sholeh mereka mendapt pahala dari sisi tuhan tidak ada kewatiran terhadap mereka dan mereka tidak pula mereka bersedih hati. demikian juga orang sabiin( orang yang keluar dari agama samawiyah)Mereka juga akan mendapat ganjaran yang serupa dengan orang mukmin,yahudi dan nasrani jikalau mereka beriman kepada allah dan beramal saleh.
Dan segi pemakaan kalimat arab, jumlah ismiyah muakadah dengan inna, boleh disebutkan mubtada yang lain selain isim, dan inna disebutkan satu khobar bagi isim" inna" dan dibuang khobar mubtada kedua menunjukkan khobar isim atau membuang khobar isim " INNA" Dan menjadikan khobar yang disebut untuk mubtada yang kedua menunjukkan khobar isim"INNA" MAHZUB.Dan jelas menurut jamhur ulama nahwu basrah ayat ini terlepas dari kesalahan
Pendapat kedua: Dan inna ( ان)Didalam surat almaidah bukanlah,INNA NASIHAH (ان"الناسخة) Yang menasabkan mubtada dan meropakkan khobar akan tetapi ia bermakna" iya" yaitu harpun jawab(حرف جواب)dan tidak dipakai dalam jumlah ismiyah, tidak nasab dan juga tidak khobar, karena allaziina( الذين)Adalah ismun mausul (اسم الموصول) mabni fi mahli ropa'.Dan alamat ropa'nya waw (واو).Karena jama' muzakkaris salim, dan mupradnya:Sobii (صابئ)
Dan semua dari kata: allazina(الذين).Dan assobiun ( الصابئون), Dan wannasoro (والنصارى)Ialah ; اسماء مرفوعةاما محلا.وهما:
Allaziina ( الذين)ialah مبنية فى محل رفع. Dan wannasoro (والنصارى),Marpu'dengan dommah muqadaroh karena isim maqsur yang tidak dijelaskan akhir harokatnya, dan assobiun ( الصابئون)Marpu'lapaz dengan waw jama'
Dan zamahsari mupasir memilih pendapat yang pertama yaitu mazhab Jamhur ulama nahwu basroh.
Dan imam saukani mengatakan: والصابئون: مرفوع على ابتداء.Dan khobrnya mahzub.
واتقدير:إِنَّ الَّذِينَ آمَنُواْ وَالَّذِينَ هَادُواْ من امن بالله واليوم الأخر وعمل صالحافلا خوف عليهم ولا هم يخزنون والصابئون والنصارى كذالك
Sesungguhnya orang mukmin,orang yahudi, siapa saja diantara mereka yang berimana kepada allah dan hari akhir dan melakukan amal sholeh, mereka mendapt pahala dari sisi tuhan tidak ada kewatiran terhadap mereka dan mereka tidak pula mereka bersedih hati, demikian juga dengan orang saabiin dan orang nasrani.
secara umum penetapan والنصارا معطوف على ان الذين امنوا والذين هادو
Dan perbedaan balaghoh dalam ayat ini untu memudahkan perbedaan tiga sekte yang disebutkan allah yaitu:
-الذين امنو - الذين هادو - النصارى - الصائبون
Tiga golongan yang pertama yang disebutkan dalam alqur'an mempunyai ikatan yang kuat karena masing-masing golongan tuhan memberikan kitab suci kepada mereka dan atas mereka ada rosul dari sisi tuhan sebagai berikut:
1. Orang yang Beriman ( Islam) : kitab sucinya Alqur'an dan Nabinya Muhammad saw
2. Orang Yahudi kitab suci mereka Taurat dan nabi mereka Musa alaihi wasallam
3. orang Nasooro kitab suci mereka Injil dan nabi mereka Isa alaihi wasallam
Sedangkan golongan yang terakhir Assoibun adalah golongan yang keluar dari dari tiga golongan tersebut mereka tidak mempunyai kitab suci dari tuhan dan tidak ada rosul atas mereka
Dan maqom yang dibicarakan ayat tersebut Allah akan menerima amal mereka disisi tuhan apabila mereka beriman dengan iman yang benar dan melakukan amal soleh dan allah akan menghapus kesalahan mereka sebelum beriman dan allah tidak melihat masa lalu mereka yang telah mereka kerjakan yang selalu bermaksiat kepada allah dan menyukutukan allah dan jikalau mereka mengantinya dengan iman kepada allah dan melakukan amal sholeh allah akan memberikan ganjaran pahala seperti orang yang beriman( Islam)
Haadu: Yakni orang yahudi yang mana disaat turunnya alqur'an kebanyakan mereka menyimpang dari agama mereka dan berpaling dari kebenaran dan mereka merubag dan mengganti apa yang diturunkan Allah kepada mereka, Dan apabila mereka beriman dengan iman yang benar dan bertaubat kepada allah dan mengikuti apa yang diturunkan allah kepada penutup rosul nabi muhammad saw, maka mereka akan aman dari azab allah dan mereka tidak takut dan bersedih.
Begitu juga dengan orang Nasooro mereka menjadikan tuhan mempunyai anak atau menuhan isa ibn maryam dan mereka melenceng dari ajaran agama mereka, dan apabila mereka beriman dengan iman yang benar , dan memperbaiki perbuatan mereka dan beriman kepada rosul terakhir yakni muhammad saw dan melakukan amal sholeh maka usaha mereka akan dibalas disisi tuhan dan allah akan menghilangkan rasa takut mereka dan mereka tidak bersedih hati.
Kamudia ada golongan tambahan yaitu orang Shoibin mereka keluar dari agama samawiyah dan allah juga akan menerima mereka dan mengampuni mereka sebabgai mana allah mengampuni orang yahudi dan nassooro yang beriman kepada allah dan rosulnya.
Dan coba kita perhatikan hurup waw pada kata shooibuun bukan a'top pada mupradat akan tetapi a'topnya kepada jumlah dan waw yang diatopkan pada jumlah atas yang lain dan tidak digunakan didalam mupradath jumlah ma'tupah, dan Ia tidak nasab tidak nasab dan tidak jar. akan tetapi taarobit baina jumlataini ma'tupah. dan ma'tupnya kepada ma'na bukan kepada kepada harokat i'robnya.
Dan sangat jelas dari sini ayat alqur'an terbebas dari tuduhan orang kafir laknatullah bagaimana mungkin alqur'an salah dalam tata bahasa atau qoidah nahwu shorop sedangakan ilmu nahwu shorop diambil dari alqur'an, Sungguh sangat musthail jikalau ada orang salah dalam mengukur panjang lalu penggarisnya yang kita salahkan, terima kasih semoga bermampaat, dan semoga kita senantiasa dala lindungan allah dari tipu daya musuh-musuh islam Orang kristen dan orang yahudi dkk,
Mukjizat alqur'an sunnguh luar biasa dan kesesuai dengan zaman dan masa dan tidak ada satupun manusia samapi sekrang ini yang bisa merombak isi alqur'an walau hanya satu hurup dan orang kristen berusaha membuat alqur'an palsu untuk menipu umat islam namun hasilnya hanya sia-sia saja sebab alqur'an dijaga kemurnianya oleh tuhan dan bersemayam didada kaum muslimin.
sekali lagi semoga kita senantiasa terlepas dari tipu daya agama kristen yahudi karena mereka tidak senang kepada kita islam sampai kita mengikuti kesesatan mereka atau agama mereka..semoga allah menyelamatkan kita islam, semuanya amien
by AVEROOES
Friday 19 November 2010
istri ku
i love you the way you are, no matter what did or will happen
you are will be my darling, you ae my rghtfull wife!
i care not sbout those who like to reproach and irritate me
it is our destiny to be together eternally, in my heart you instilled love with grace and good deeds,
happiness vanishes when you disappear,life brightens when you are there
hard is my day until you return home, sadnees disappears when you smile
life turns black when you are upset, so i work hard to make you wish com true
you are my happiness, my you be happy forever, our souls are united like soil and plants, you are my hope, my peace, my good company and inspiration, live is good
no matter how hard it is, when you are fine, youare my hope my peace
you are will be my darling, you ae my rghtfull wife!
i care not sbout those who like to reproach and irritate me
it is our destiny to be together eternally, in my heart you instilled love with grace and good deeds,
happiness vanishes when you disappear,life brightens when you are there
hard is my day until you return home, sadnees disappears when you smile
life turns black when you are upset, so i work hard to make you wish com true
you are my happiness, my you be happy forever, our souls are united like soil and plants, you are my hope, my peace, my good company and inspiration, live is good
no matter how hard it is, when you are fine, youare my hope my peace
Monday 25 October 2010
TO ALL MUSLIM: Hati-hati dengan alqur'an palsu buatan evangelical Christian group America. Bukti kristen agama penipu Bagian
Berbagai macam cara agama kristen untuk memurtdakan umat islam dan menjauhi umat islam dari alqur'an, seperti yang pernah dikatakan
Jal Daston:mantan pm ingris "Selagi Al Qur`an masih di tangan umat Islam, Eropa tidak akan dapat mengusai negara-negara Timur' (islam ) maka untuk menumpas umat islam tidak cukup kita serang pisik mereka cukup menjauhkan alqur'an dari umat islam.
Proses perjuangann kaum salibis/palangis untuk kristenisasi di Indonesia melalui proses panjang, berawal dari truma perang salib, kemudian dikembangkan dengan ekspedisi portugal dalma misi TRIPPLE MiSSIONS yaitu god(kejayaan), glory(kekuasaan), gospel(penyebaran agama). Pada masa penjajahan pun telah diterapkan krisrening polotok(1916) melalui misi dan zending yang mat giat upaya pemurtadannya. Sampai KHA. Dahlan pernah debat dengan pendeta Dimine Bakker, Zwemmer, dan Loberton. Ahli kitab (orang yang pernah mendapat kitab), baik Yahudi maupun Nashara à sekarang kristen(kis 11:26). Akan selalu mencari cara maupun celah untuk melaksanakan panggilan/ misi amanat agung tersebut.
Al Quran palsu baru saja beredar di Timur Tengah. Qur'an palsu ini dibuat oleh evangelical Christian group in the United States dan dicetak oleh dua perusahaan Amerika dengan embel-embel "True Furqon" atau Furqonul Haq.
Qur'an dan terjemahannya yang beredar selama ini mempunyai 114 surat atau bagian, sedangkan True Furqon yang diklaim sebagai "Al Qur'an Abad 21" hanya mempunyai 77 surat, termasuk surat "Al-Fathihah, Al-Jana dan Al-Injil."
Surat-surat di dalam True Furqon tidak dimulai dengan "Bismillah" sebagaimana Al qur'an kecuali surat tertentu. Yang ada setiap surat dimulai dengan kepercayaan Kristen menyangkut konsep Trinitas. Al Qurqan mempunyai 366 halaman yang memakai huruf Arab dan terjemahan, untuk saat ini, bahasa Inggris. True Furqon juga banyak bertentangan dengan kepercayaan Islam. Salat satu ayatnya bahkan menyatakan bahwa poligami dilarang, perceraian diharamkan dan memuat pembolehan sistem perbankan.
Dan salah satu tujuan alqur'an palsu ini adalah untuk membendung masyarakat eropa mempelajari alqur'an dan ajaran islam dari sumber yang asli, sebab alqur'an telah banyak mengislamkan ilmuan dieropa, dan salah satu untuk mengantisipasi masyarakat eropa mempelajari alqur'an maka dibuatlah alqur'an palsu,
Dan yang kedua bertujuan untuk mengkristen umat islam dan mempermudah para mesionaris dalam menyampaikan injil untuk menipu umat islam
Judul lain buku ini ‘The 21st Century Quran’! yang berisi lebih dari 366 halaman baik bahasa Arab dan Inggris.Al-Quran palsu” ini tengah didistribusikan kepada generasi muda di Kuwait di sekolah-sekolah berbahasa Inggris.Yang pasti, buku ini memang ditujukan sebagai pemalsuan Kitab Suci Al-Quran. Berbagai surah dinamai dengan surah-surah Al-Quran seperti An Nur, Al Fatihah, dll. “Bismillah” pada setiap surah diganti dengan “Bismil Abi, Wal Ibni, Waruuhil Quds” (dengan nama bapak, anak dan roh qudus).Dan menambah Empat surat dalam alqur'an yaitu:
1. AL-IMAN2. AL-WASAYA3. AL-TAJASUD4. AL-MUSLIMUN
Surat At-Tajassud (Penjelmaan)
1. Puji syukur kepada-Nya yang telah menciptakan sorga yang tanpa batas.
2. Dia ciptakan bumi yang sebagian terdiri dari air dan sebagian lagi tanah.
3. Katakan pada orang-orang yang telah diperdaya oleh ajakan syetan : pikiranmu telah dibutakan sehingga kamu menuduh bahwa Allah itu keliru dan menjadi pengikut syetan.
4. Syetan akan selalu menjadi musuh yang paling besar bagi manusia.
5. Jika Allah menghendaki, Dia bisa membuat seorang anak dari batu, seperti yang telah Dia katakan pada alam ini : jadilah, maka akan jadi mustahil bagi Allah bahwa Dia harus mengkonsultasikan keputusan-Nya dengan orang lain.
6. Mustahil bagi Allah bahwa Dia harus mengambil satu dari mahluknya sebagai anak.
7 Katakan pada orang-orang yang masih meragukan apa yang telah diberitakan sebelumnya ; Kristus adalah bukan makhluk Allah, dia telah bersama Allah pada awalnya dan akan selalu bersama-Nya.
8. Dalam Dia (Allah) dan dari Dia, dia (Kristus) berasal, bersama dengan jiwa-Nya, satu Tuhan, abadi, satu dan tidak lebih dari satu.
9. Seperti seorang ayah yang mengirimnya kepada umat manusia seperti yang telah Dia janjikan.
10. Dia tiupkan/turunkan se perti sabda kedalam rahim seorang perawan yang akan lahir sebagai manusia
Surat Al-Iman (kepercayaan)
1. Ceritera tentang beberapa pengikut dalam kitab, pada saat badai menghantamnya saat mereka sedang berlayar.
2. Kemudian mereka melihat bayangan Kristus berjalan diatas a ir. Mereka lalu berkata : Apakah Tuhan kita itu sedang menertawakan kita atau kita yang sedang gila ?
3. Lalu terdengar suara aneh yang berkata : jangan takut ini aku,apakah kamu tidak melihat ?
4. Maka, satu dari mereka berteriak : Tuhanku, bimbinglah aku, jika Kau memang disini, untuk berjalan diatas air. Ya Allah jadikanlah keraguanku ini menjadi sesuatu yang pasti.
5. Dia (Allah) berkata padanya : kemarilah dan jadilah mu'jizat/keajaiban yang akan selalu diingat
6. Dan mulailah sang pengikut/umat tersebut berjalan, dia lalu lihat betapa kencangnya badai yang datang sehingga dia menjadi takut akan tenggelam, lalu dia berteriak lagi kepada Tuhannya untuk minta pertolongan.
7. Dan Dia mengeluarkan tangan-Nya dan merengkuhnya sambil berkata :Oh? Kamu mempunyai sedikit kepercayaan, itulah hadiah/pahala bagi kamu sekalian yang ragu.
8. Dan segera setelah Dia pergi dengannya dengan kapal tersebut,badai reda dan si pengikut ini mengucapkan terimakasih pada-Nya dan berkata :
9. Kau adalah benar-benar anak Tuhan; dalam dirimu kami percaya dan di depan-Mu kami berlutut.
10. Dia berkata : Suka cita adalah untuk mereka yang percaya tanpa mencampur adukkan kepercayaan mereka dengan sesuatu yang meragukan.Itulah keberhasilan yang sebenarnya.
Surat Al-Muslimun
1. Alief lam saad miim.
2. Katakanlah : Hai kaum muslimin, kamu sekalian sudah tersesat jauh.
3. Bagi yang tidak percaya kepada Allah dan Kristus-Nya, akan menikmati hari akhirnya dalam kobaran api dan siksaan yang pedih.
4. Beberapa wajah pada hari itu akan terlihat memelas dan ketakutan mencari pengampunan dari Allah dan Allah akan menolong apa yang Dia inginkan (untuk ditolong).
5. Pada hari itu Sang Maha Pengampun berkata : Hai umat-Ku, Aku telah mengarunia kan padamu petunjuk dalam Taurat dan Injil.
6. Dan kamu seharusnya tidak memungkiri apa yang telah Aku perintahkan kepadamu dan menyesatkan diri dari jalan yang benar.
7. Mereka berkata : kami tidak tersesat sendiri tapi dia (Muhammad) yang telah dijadikan salah satu utusan (Allah) telah salah memimpin kami.
8. Dan Allah berkata : Hai Muhammad, kau telah membujuk umat-Ku dan menyebab kan mereka tidak ai.
9. Dia berkata : ya Tuhanku, adalah syetan yang telah membujukku dan sebenar nya akan selalu mengganggu anak-cucu Adam.
10. Dan Allah akan mengampuni orang-orang yang telah terbujuk dan lalu menyesal dan dia akan memaksa dia yang telah terbujuk oleh syetan, yang menyedihkan.
11. Dan jika Allah memerintahkan sesuatu, Dialah y ang paling tahu apa yang diperintahkan dan Dia dapat melakukan segalanya
Coba kita perhatikan penipuan yang dipakai oleh agama krsiten bigitu picik dan sangat tidak bermoral , mereka tidak secara terbuka menjelaskan sistem ajaran mereka dan ini adalah salah satu bukti, mereka tidak mampu membenarkan ajaran mereka secara ilmu pengetahuan, logika dan etika .sebab ajaran mereka penuh dengan pertentangan dan tidak irasional jikalau penyebaran agama mereka secara terbuka dengan mengungkap kebenaran apa yang ada dalam alkitab , Ini tidak mungkin sebab para pendeta tahu kelemahan ajran mereka adalah alkitab mereaka sendiri dengan terpakasa jalan penipuan mereka tempuh: Dan alqur'an telah memberi tahu uantuk supaya kita hati-hati dengan Kristen, sebagai mana dalam alqur'an"
Sebagian besar ahli kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang timbul dari diri mereka sendirir, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka maafkanlah dan biarkanlah mereka. Sampai Allah mendatangkan perintah-Nya*. Sesungguhnya Allah maha Kuasa Atas segala sesuatu. (Albaqoroh : 109 )
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)." Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. [QS. Al Baqarah 120]
NB: Tidak habis pikir kenapa ajaran kristen membenarkan penipuan dalam penyebaran agama adakah cara yang bijak dan propesional dalam penyebaran agama tanpa harus menipu dan menipulasi agama lain, kenapa gereja menipu:
Dengan logika Gereja dan pendeta membutuhkan jema’at. Jema’at yang sudah ada milik gereja dan pendeta tertentu. Tiada jalan lain selain memurtadkan umat lain
Dalam sidang Luar Biasa Dewan Gereja Indonesia di Hotel Sahid Surabaya tanggal 8-10 Juni 2001 mereka memutuskan tahapan strategi kristenisasi.
1. Strategi jangka panjang
a. Mewujudkan pemerintahan yang diisi oleh pejabat kristenb. Mewujudkan agama Kristen sebagai komunitas mayoritasc. Mewujudkan negara Kristen di Indonesia
2. Strategi jangka menengah
a. Mungupayakan pendirian gereja di seluruh pelosok tanah airb. Membentuk pasukan yang siap untuk menghadapi musuh kristenc. Mewujudkan sistem ekonomi terpusat di setiap daerah di Indonesia
3. Strategi jangka pendek
a. Merekrut jama’ah Kristen dengan jalan pemurtadan atau dengan kekayaan/uangb. Membuat posko pengaduan segala macam kasus
Anggaran untuk grand strategi adalah 200 trilyunn, diantaranya untuk: Proyek Yerico, Proyek Andalas, Proyek Rencong, Proyek DKI, dll.
Sumber: http://www.islamnewsroom.com/news-we-need/500-fakequranfurqan3
dan juga: http://en.wikipedia.org/wiki/Anis_Shorrosh
Dan perlu diketahui Mesionaris Dr anis shoros salah satu bagian dari pembuat alqur'an palsu ditangkap police kasus penipuan dan pengelapan uang mencoba membakar barang bukti: http://www.bloggernews.net/116390
Dan juga sumber lain dia ditangkap karena mebakar gedung condominium di Daphne: http://www.turntoislam.com/forum/showthread.php?t=32712
Jal Daston:mantan pm ingris "Selagi Al Qur`an masih di tangan umat Islam, Eropa tidak akan dapat mengusai negara-negara Timur' (islam ) maka untuk menumpas umat islam tidak cukup kita serang pisik mereka cukup menjauhkan alqur'an dari umat islam.
Proses perjuangann kaum salibis/palangis untuk kristenisasi di Indonesia melalui proses panjang, berawal dari truma perang salib, kemudian dikembangkan dengan ekspedisi portugal dalma misi TRIPPLE MiSSIONS yaitu god(kejayaan), glory(kekuasaan), gospel(penyebaran agama). Pada masa penjajahan pun telah diterapkan krisrening polotok(1916) melalui misi dan zending yang mat giat upaya pemurtadannya. Sampai KHA. Dahlan pernah debat dengan pendeta Dimine Bakker, Zwemmer, dan Loberton. Ahli kitab (orang yang pernah mendapat kitab), baik Yahudi maupun Nashara à sekarang kristen(kis 11:26). Akan selalu mencari cara maupun celah untuk melaksanakan panggilan/ misi amanat agung tersebut.
Al Quran palsu baru saja beredar di Timur Tengah. Qur'an palsu ini dibuat oleh evangelical Christian group in the United States dan dicetak oleh dua perusahaan Amerika dengan embel-embel "True Furqon" atau Furqonul Haq.
Qur'an dan terjemahannya yang beredar selama ini mempunyai 114 surat atau bagian, sedangkan True Furqon yang diklaim sebagai "Al Qur'an Abad 21" hanya mempunyai 77 surat, termasuk surat "Al-Fathihah, Al-Jana dan Al-Injil."
Surat-surat di dalam True Furqon tidak dimulai dengan "Bismillah" sebagaimana Al qur'an kecuali surat tertentu. Yang ada setiap surat dimulai dengan kepercayaan Kristen menyangkut konsep Trinitas. Al Qurqan mempunyai 366 halaman yang memakai huruf Arab dan terjemahan, untuk saat ini, bahasa Inggris. True Furqon juga banyak bertentangan dengan kepercayaan Islam. Salat satu ayatnya bahkan menyatakan bahwa poligami dilarang, perceraian diharamkan dan memuat pembolehan sistem perbankan.
Dan salah satu tujuan alqur'an palsu ini adalah untuk membendung masyarakat eropa mempelajari alqur'an dan ajaran islam dari sumber yang asli, sebab alqur'an telah banyak mengislamkan ilmuan dieropa, dan salah satu untuk mengantisipasi masyarakat eropa mempelajari alqur'an maka dibuatlah alqur'an palsu,
Dan yang kedua bertujuan untuk mengkristen umat islam dan mempermudah para mesionaris dalam menyampaikan injil untuk menipu umat islam
Judul lain buku ini ‘The 21st Century Quran’! yang berisi lebih dari 366 halaman baik bahasa Arab dan Inggris.Al-Quran palsu” ini tengah didistribusikan kepada generasi muda di Kuwait di sekolah-sekolah berbahasa Inggris.Yang pasti, buku ini memang ditujukan sebagai pemalsuan Kitab Suci Al-Quran. Berbagai surah dinamai dengan surah-surah Al-Quran seperti An Nur, Al Fatihah, dll. “Bismillah” pada setiap surah diganti dengan “Bismil Abi, Wal Ibni, Waruuhil Quds” (dengan nama bapak, anak dan roh qudus).Dan menambah Empat surat dalam alqur'an yaitu:
1. AL-IMAN2. AL-WASAYA3. AL-TAJASUD4. AL-MUSLIMUN
Surat At-Tajassud (Penjelmaan)
1. Puji syukur kepada-Nya yang telah menciptakan sorga yang tanpa batas.
2. Dia ciptakan bumi yang sebagian terdiri dari air dan sebagian lagi tanah.
3. Katakan pada orang-orang yang telah diperdaya oleh ajakan syetan : pikiranmu telah dibutakan sehingga kamu menuduh bahwa Allah itu keliru dan menjadi pengikut syetan.
4. Syetan akan selalu menjadi musuh yang paling besar bagi manusia.
5. Jika Allah menghendaki, Dia bisa membuat seorang anak dari batu, seperti yang telah Dia katakan pada alam ini : jadilah, maka akan jadi mustahil bagi Allah bahwa Dia harus mengkonsultasikan keputusan-Nya dengan orang lain.
6. Mustahil bagi Allah bahwa Dia harus mengambil satu dari mahluknya sebagai anak.
7 Katakan pada orang-orang yang masih meragukan apa yang telah diberitakan sebelumnya ; Kristus adalah bukan makhluk Allah, dia telah bersama Allah pada awalnya dan akan selalu bersama-Nya.
8. Dalam Dia (Allah) dan dari Dia, dia (Kristus) berasal, bersama dengan jiwa-Nya, satu Tuhan, abadi, satu dan tidak lebih dari satu.
9. Seperti seorang ayah yang mengirimnya kepada umat manusia seperti yang telah Dia janjikan.
10. Dia tiupkan/turunkan se perti sabda kedalam rahim seorang perawan yang akan lahir sebagai manusia
Surat Al-Iman (kepercayaan)
1. Ceritera tentang beberapa pengikut dalam kitab, pada saat badai menghantamnya saat mereka sedang berlayar.
2. Kemudian mereka melihat bayangan Kristus berjalan diatas a ir. Mereka lalu berkata : Apakah Tuhan kita itu sedang menertawakan kita atau kita yang sedang gila ?
3. Lalu terdengar suara aneh yang berkata : jangan takut ini aku,apakah kamu tidak melihat ?
4. Maka, satu dari mereka berteriak : Tuhanku, bimbinglah aku, jika Kau memang disini, untuk berjalan diatas air. Ya Allah jadikanlah keraguanku ini menjadi sesuatu yang pasti.
5. Dia (Allah) berkata padanya : kemarilah dan jadilah mu'jizat/keajaiban yang akan selalu diingat
6. Dan mulailah sang pengikut/umat tersebut berjalan, dia lalu lihat betapa kencangnya badai yang datang sehingga dia menjadi takut akan tenggelam, lalu dia berteriak lagi kepada Tuhannya untuk minta pertolongan.
7. Dan Dia mengeluarkan tangan-Nya dan merengkuhnya sambil berkata :Oh? Kamu mempunyai sedikit kepercayaan, itulah hadiah/pahala bagi kamu sekalian yang ragu.
8. Dan segera setelah Dia pergi dengannya dengan kapal tersebut,badai reda dan si pengikut ini mengucapkan terimakasih pada-Nya dan berkata :
9. Kau adalah benar-benar anak Tuhan; dalam dirimu kami percaya dan di depan-Mu kami berlutut.
10. Dia berkata : Suka cita adalah untuk mereka yang percaya tanpa mencampur adukkan kepercayaan mereka dengan sesuatu yang meragukan.Itulah keberhasilan yang sebenarnya.
Surat Al-Muslimun
1. Alief lam saad miim.
2. Katakanlah : Hai kaum muslimin, kamu sekalian sudah tersesat jauh.
3. Bagi yang tidak percaya kepada Allah dan Kristus-Nya, akan menikmati hari akhirnya dalam kobaran api dan siksaan yang pedih.
4. Beberapa wajah pada hari itu akan terlihat memelas dan ketakutan mencari pengampunan dari Allah dan Allah akan menolong apa yang Dia inginkan (untuk ditolong).
5. Pada hari itu Sang Maha Pengampun berkata : Hai umat-Ku, Aku telah mengarunia kan padamu petunjuk dalam Taurat dan Injil.
6. Dan kamu seharusnya tidak memungkiri apa yang telah Aku perintahkan kepadamu dan menyesatkan diri dari jalan yang benar.
7. Mereka berkata : kami tidak tersesat sendiri tapi dia (Muhammad) yang telah dijadikan salah satu utusan (Allah) telah salah memimpin kami.
8. Dan Allah berkata : Hai Muhammad, kau telah membujuk umat-Ku dan menyebab kan mereka tidak ai.
9. Dia berkata : ya Tuhanku, adalah syetan yang telah membujukku dan sebenar nya akan selalu mengganggu anak-cucu Adam.
10. Dan Allah akan mengampuni orang-orang yang telah terbujuk dan lalu menyesal dan dia akan memaksa dia yang telah terbujuk oleh syetan, yang menyedihkan.
11. Dan jika Allah memerintahkan sesuatu, Dialah y ang paling tahu apa yang diperintahkan dan Dia dapat melakukan segalanya
Coba kita perhatikan penipuan yang dipakai oleh agama krsiten bigitu picik dan sangat tidak bermoral , mereka tidak secara terbuka menjelaskan sistem ajaran mereka dan ini adalah salah satu bukti, mereka tidak mampu membenarkan ajaran mereka secara ilmu pengetahuan, logika dan etika .sebab ajaran mereka penuh dengan pertentangan dan tidak irasional jikalau penyebaran agama mereka secara terbuka dengan mengungkap kebenaran apa yang ada dalam alkitab , Ini tidak mungkin sebab para pendeta tahu kelemahan ajran mereka adalah alkitab mereaka sendiri dengan terpakasa jalan penipuan mereka tempuh: Dan alqur'an telah memberi tahu uantuk supaya kita hati-hati dengan Kristen, sebagai mana dalam alqur'an"
Sebagian besar ahli kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang timbul dari diri mereka sendirir, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka maafkanlah dan biarkanlah mereka. Sampai Allah mendatangkan perintah-Nya*. Sesungguhnya Allah maha Kuasa Atas segala sesuatu. (Albaqoroh : 109 )
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)." Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. [QS. Al Baqarah 120]
NB: Tidak habis pikir kenapa ajaran kristen membenarkan penipuan dalam penyebaran agama adakah cara yang bijak dan propesional dalam penyebaran agama tanpa harus menipu dan menipulasi agama lain, kenapa gereja menipu:
Dengan logika Gereja dan pendeta membutuhkan jema’at. Jema’at yang sudah ada milik gereja dan pendeta tertentu. Tiada jalan lain selain memurtadkan umat lain
Dalam sidang Luar Biasa Dewan Gereja Indonesia di Hotel Sahid Surabaya tanggal 8-10 Juni 2001 mereka memutuskan tahapan strategi kristenisasi.
1. Strategi jangka panjang
a. Mewujudkan pemerintahan yang diisi oleh pejabat kristenb. Mewujudkan agama Kristen sebagai komunitas mayoritasc. Mewujudkan negara Kristen di Indonesia
2. Strategi jangka menengah
a. Mungupayakan pendirian gereja di seluruh pelosok tanah airb. Membentuk pasukan yang siap untuk menghadapi musuh kristenc. Mewujudkan sistem ekonomi terpusat di setiap daerah di Indonesia
3. Strategi jangka pendek
a. Merekrut jama’ah Kristen dengan jalan pemurtadan atau dengan kekayaan/uangb. Membuat posko pengaduan segala macam kasus
Anggaran untuk grand strategi adalah 200 trilyunn, diantaranya untuk: Proyek Yerico, Proyek Andalas, Proyek Rencong, Proyek DKI, dll.
Sumber: http://www.islamnewsroom.com/news-we-need/500-fakequranfurqan3
dan juga: http://en.wikipedia.org/wiki/Anis_Shorrosh
Dan perlu diketahui Mesionaris Dr anis shoros salah satu bagian dari pembuat alqur'an palsu ditangkap police kasus penipuan dan pengelapan uang mencoba membakar barang bukti: http://www.bloggernews.net/116390
Dan juga sumber lain dia ditangkap karena mebakar gedung condominium di Daphne: http://www.turntoislam.com/forum/showthread.php?t=32712
Saturday 23 October 2010
Bukti kebenaran alquran " Abdurrahman,Usia 3 Tahun Hapal alqur'an
Alqur'an adalah satu-satunya kitab suci yang dijamin oleh allah yang dijaga keasliannya dari perubahan tangan manusia untuk kepentingan manusia dan dipermudahkan untuk dipelajari dan dihapal, dalam surat alqomar dikatakan: Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quraan untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran.( 54:17.22,)
Dan allah mejaga Keasliannya sebagaiman firman allah: Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.[QS Al Hijr 9]
Abdurrahman Farih, dikenal di negaranya (Aljazair) sebagai anak mukjizat. Video ini direkam ketika wawancara dengan surat kabar harian al Syuruq. Ayahnya menceritakan bahwa Abdurrahman baru bisa berbicara ketika berumur 2 tahun, dan kata-kata pertama yang keluar dari mulutnya adalah bacaan surat al Kahfi.
Ibu Abdurrahman -sebagaimana diceritakan ayahnya- rajin membaca surat al Kahfi ketika Abdurrahman masih dalam kandungan, sebagaimana juga setelah lahir orangtuanya sering menyetel al Affasy channel -saluran televisi yang menyiarkan bacaan al Quran-, bahkan ketika orangtuanya ingin merubah channel yang ditonton si kecil Abdurrahman sering menolak.
Jikalau alqur'an buku biasa mustahil anak kecil yang berusia 3 tahun bisa hapal secara keseluruhan alqur'an? sepintar apapun manusia tidak mungkin dalam usia tiga tahun bisa hapal alqur'an, Ini terbukti tidak ada satupun anak kecil dari orang kristen yang hapal alkitab diluar kepala!! bahkan para pendeta dan uskup tidak ada yang hapal alkitab diluar kepala!!
Jikalau manusia tidak sombong dan bodoh mustahil mereka mengingkari kebenaran alqur'an kebodohon dan kesombongan dan kebencian terhadap islam yang membuat ingkar kepada alqur'an dan mencari-cari i kesalahan dalam alqur'an, sebab kitab suci kristen tidak dicari kesalahan memang sudah salah dan tidak benar!! dari zaman batu sampai zaman ilmu pengetahuan tidak ada ilmuan yang mengakui kebenaran bibel, hanya orang yang bodoh yang mengakui kebenaran alkitab,
Skenario Allah SWT dalam menjaga al-Quran
Pertama, Allah telah menyiapkan suatu umat yang kuat dalam ingatan dan hafalannya. Yang demikian itu karena bangsa arab pada masa Jahiliyah terkenal dengan kekuatn hafalannya. Dimana mereka meriwayatkan beribu-ribu bait syair yang tidak dibukukan. Karena sesunnguhnya mereka bertumpu pada hafalan mereka.
Kedua, Allah memudahkan bagi manusia untuk menghafal al-Quran sebagaimana firman Allah: “Dan sesungguhnya Kami mudahkan al-Quran untuk pelajaran, maka adalah orang yang mau mengambil pelajaran.” (QS al-Qamar: 17)
Ketiga, Allah menyediakan suatu generasi yang memiliki ketajaman hafalan, kefahaman dan amanah. Para Huffadz menghafalnya langsungdari Rasulullah SAW sehingga rekatlah hafalan mereka.
Keempat, Allah mengutus malaikat Jibril untuk memuraja’ah hafalan Nabi SAW sekali dalam setahun dan ditahun terakhirdari kehidupan beliau. Jibril mengoreksi hafalan beliau dua kali.
Kelima, dan setelah al-Quran dibukukan, para Huffaz mengoreksi lembar perlembar dari mushaf ketika akan dicetak oleh percetakan tertentu. Dengan metode seperi inilah Allah telah menepati janjinya bahwa al-Quran adalah terpelihara.[3]
Dan Sayid Qutb yang telah menulis kitab Tafsir fenomenal di abad ini, dalam kitab Tafsirnya Fi Dhilalil Quran menyebutkan bahwa al-Quran sejak kemunculannya telah mengalami banyak usaha perubahan dan talbis dan tahrif dan juga fitnah-fitnah dari kelompok-kelompok yang menyimpang, sebagian mereka seperti Yahudi dan penyeru Qaumiyah bisa melakukan penakwilan terhadap hadits dan ayat al-Quran atau untuk mendukung pendapat mereka, tetapi satu yang tidak dapat mereka lakukan yaitu mendatangkan satu ayat seperti dalam al-Quran, sehingga al-Quran tetap terjaga sebagaimana ia diturunkan oleh Allah[4]
Selanjutnya mari kita bandingkan pendapat para ilmuwan tentang al-Quran dan bibel, pendapat para ilmuwan terhadap al-Quran: Pertama, Harry Gaylord Dormandalam buku “Towards Understanding lslam”, New York, 1948, p.3, berkata: “Kitab Qur’an ini adalah benar-benar sabda Tuhan yang didiktekan oleh Jibril, sempurna setiap hurufnya, dan merupakan suatu mukjizat yang tetap aktual hingga kini, untuk membuktikan kebenarannya dan kebenaran Muhammad.” Kedua, Sir William Muir dalam buku “The Life of Mohamet”, London, 1907; p. VII berkata sebagai berikut: “Qur’an adalah karya dasar Agama Islam. Kekuasaannya mutlak dalam segala hal, etika dan ilmu pengetahuan…” Ketiga, DR. J. Shiddily dalam buku “The Lord Jesus in the Qur’an”, p. 111, berkata: “Qur’an adalah Bible kaum Muslimin dan lebih dimuliakan dari kitab suci yang manapun, lebih dari kitab Perjanjian Lama dan kitab perjanjian Baru.”
Dan Pendapat Toko-tokoh Non Muslim terhadap Kitab Bibel.
Pertama, Dr. Mr. D. N. Mulder dalam bukunya “Pembimbing ke dalam Perjanjian Lama”, tahun 1963, pagina 12 dan 13, berkata sebagai berikut: “Buku ini dikarang pada waktu-waktu tertentu, dan pengarang-pengarangnya memang manusia juga, yang terpengaruh oleh keadaan waktunya dan oleh suasana di sekitarnya dan oleh pembawaan pengarang itu sendiri. Naskah-naskah asli dari Kitab Suci itu sudah tidak ada Iagi. Yang ada pada kita hanya turunan atau salinan. Dan salinan itu bukannya salinan langsung dari naskah asli, melainkan dari salinan dan seterusnya. Sering di dalam menyalin Kitab Suci itu terseliplah salah salin.”
Kedua, Drs. M. E. Duyverman dalam bukunya “Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru”, tahun 1966, pagina 24 dan 25, berkata sebagai berikut: “Ada kalanya penyalin tersentuh pada kesalahan dalam naskah asli yang dipergunakannya, lalu kesalahan itu diperbaikinya, padahal perbaikan itu sering mengakibatkan perbedaan yang lebih besar dengan yang sungguh asli. Dan kira-kira pada abad keempat, di Antiochia diadakan penyelidikan dan penyesuaian salinan-salinan; agaknya terdorong oleh perbedaan yang sudah terlalu besar diantara salinan-salinan yang dipergunakan dengan resmi dalam Gereja.”[5]
Dr.G.C Van Niftrik dan Dr. B.J Bolland :
“Kita tidak usah malu-malu, bahwa terdapat berbagai kekhilafan di dalam Alkitab; kekhilafan-kekhilafan tentang angka-angka perhitungan; tahun dan fakta. Dan tak perlu kita pertanggungjawabkan kekhilafan-kekhilafan itu pada caranya, isi Alkitab telah disampaikan kepada kita, sehingga kita akan dapat berkata: “Dalam naskah aslinya tentu tidak terdapat kesalahan-kesalahan, tetapi kekhilafan itu barulah kemudian terjadi di dalam turunan naskah itu. Isi Alkitab juga dalam bentuknya yang asli, telah datang kepada kita dengan perantaraan manusia” (Dogmatika Masa Kini, BPK Jakarta,1967, hal 298).
Dr. Mr D.C Mulder:
“Jadi benarlah Daud itu pengarang Mazmur yang 73 jumlahnya ? Hal itu belum tentu. Sudah beberapa kali kita suci menjumpai gejala bahasa orang Israel suka menggolongkan karangan-karangan di bawah nama orang yang termasyhur ……. Oleh karena itu tentu tidak mustahil pengumpulan-pengumpulan mazmur-mazmur itu (atau orang-orang yang hidup lebih kemudian) memakai nama Daud, karena raja itu termasyhur sebagai pengarang mazmur-mazmur. Dengan kata lain perkataan, pemakaian nama Daud, Musa, Salomo itu merupakan tradisi kuno, yang patut diperhatikan, tetapi tradisi itu tidak mengikat” (Pembimbing ke Dalam Perjanjian Lama, BPK Jakarta, 1963 hal. 205).
Dr. Welter Lempp;
“Susunan semesta alam diuraikan dalam Kitab Kejadian I tidak dapat dibenarkan lagi oleh ilmu pengetahuan modern” (Tafsiran Kejadian, hal 58). “Pandangan Kejadian I dan seluruh Alkitab tentang susunan semesta alam adalah berdasarkan ilmu kosmografi bangsa Babel. Pandangan itu sudah ketinggalan jaman” (Tafsiran Kejadian, hal, 65).
. Dr. R. Soedarmo:
“Dengan pandangan bahwa Kitab Suci hanya catatan saja dari orang, maka diakui juga bahwa di dalam Kitab Suci mungkin sekali ada kesalahan. Oleh karena itu Kitab Suci mungkin sekali ada kesalahan. Oleh karena itu Kitab Suci denganbentuk sekarang masih dapat diperbaiki” (Ikhtisar Dogamtika, BPK Jakarta, 1965 hal. 47). “Di dalam Perjanjian Baru pun ada kitab-kitab yang diragukan antara lain Surat Wahyu dan Yakobus yang disebut surat Jeram” (Ikhtisar Dogmatika, BPK Jakarta, 1965 hal. 49).
SOLUSI AKHIR
Karena Alkitab (Bibel) sudah terbukti kepalsuannya, maka seharusnya kita berpaling dari Alkitab (Bibel). Carilah kitab suci yang sudah teruji keasliannya sepanjang zaman. Ciri-ciri kitab suci tersebut adalah:
1. Keotentikannya dijamin langsung oleh Tuhan.
2. Masih ada bahasa aslinya sesuai dengan sewaktu kitab suci tersebut diturunkan kepada nabi yang menerimanya.
3. Mudah dihafal karena Tuhan memberikan kemudahan bagi umat-Nya untuk menghafalkan wahyunya.
4. Umat yang meyakininya banyak yang hafal kitab suci tersebut diluar kepala.
5. Tidak mengandung pornografi.
6. Tidak ada kontradiksi antar ayat.
7. Relevan sepanjang zaman.
NB: KEBENRAN ALQUR'AN TIDAK DIRAGUKAN LAGI, DISAMPING BUKTI YANG DIKATAKAN DALAM ALQUR'AN TERBUKTI KEBENRANNYA DAN BUKTI PENJAGAAN KEASLIANNYA DARI PERUBAHAN OLEH TANGAN MANUSIA, TIDAK ADA SATUPUN MANUSIA YANG BISA MENGUBAH DAN MENGOTAK ATIK ALQUR'AN, DAN ALLAH SELALU MEMBERI KEMUDAHAN UNTUK DIHAPAL OLEH MANUSIA, BAIK MANUSIA YANG MENGHAPAL SECARA LANGSUNG MAUPUN YANG LANGSUNG HAPAL SEPERTI YANG DILAKUKAN OLEH ABDURAHMAN, SEBAB KETIKA IA AWAL BICARA DIA MEMBACA SURAH ALKAHFI..SEMOGA BERMAMPAAT, AMIEN.....
SUMBER: http://www.shawati.com/vb/showthread.php?t=61316
Dan allah mejaga Keasliannya sebagaiman firman allah: Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.[QS Al Hijr 9]
Abdurrahman Farih, dikenal di negaranya (Aljazair) sebagai anak mukjizat. Video ini direkam ketika wawancara dengan surat kabar harian al Syuruq. Ayahnya menceritakan bahwa Abdurrahman baru bisa berbicara ketika berumur 2 tahun, dan kata-kata pertama yang keluar dari mulutnya adalah bacaan surat al Kahfi.
Ibu Abdurrahman -sebagaimana diceritakan ayahnya- rajin membaca surat al Kahfi ketika Abdurrahman masih dalam kandungan, sebagaimana juga setelah lahir orangtuanya sering menyetel al Affasy channel -saluran televisi yang menyiarkan bacaan al Quran-, bahkan ketika orangtuanya ingin merubah channel yang ditonton si kecil Abdurrahman sering menolak.
Jikalau alqur'an buku biasa mustahil anak kecil yang berusia 3 tahun bisa hapal secara keseluruhan alqur'an? sepintar apapun manusia tidak mungkin dalam usia tiga tahun bisa hapal alqur'an, Ini terbukti tidak ada satupun anak kecil dari orang kristen yang hapal alkitab diluar kepala!! bahkan para pendeta dan uskup tidak ada yang hapal alkitab diluar kepala!!
Jikalau manusia tidak sombong dan bodoh mustahil mereka mengingkari kebenaran alqur'an kebodohon dan kesombongan dan kebencian terhadap islam yang membuat ingkar kepada alqur'an dan mencari-cari i kesalahan dalam alqur'an, sebab kitab suci kristen tidak dicari kesalahan memang sudah salah dan tidak benar!! dari zaman batu sampai zaman ilmu pengetahuan tidak ada ilmuan yang mengakui kebenaran bibel, hanya orang yang bodoh yang mengakui kebenaran alkitab,
Skenario Allah SWT dalam menjaga al-Quran
Pertama, Allah telah menyiapkan suatu umat yang kuat dalam ingatan dan hafalannya. Yang demikian itu karena bangsa arab pada masa Jahiliyah terkenal dengan kekuatn hafalannya. Dimana mereka meriwayatkan beribu-ribu bait syair yang tidak dibukukan. Karena sesunnguhnya mereka bertumpu pada hafalan mereka.
Kedua, Allah memudahkan bagi manusia untuk menghafal al-Quran sebagaimana firman Allah: “Dan sesungguhnya Kami mudahkan al-Quran untuk pelajaran, maka adalah orang yang mau mengambil pelajaran.” (QS al-Qamar: 17)
Ketiga, Allah menyediakan suatu generasi yang memiliki ketajaman hafalan, kefahaman dan amanah. Para Huffadz menghafalnya langsungdari Rasulullah SAW sehingga rekatlah hafalan mereka.
Keempat, Allah mengutus malaikat Jibril untuk memuraja’ah hafalan Nabi SAW sekali dalam setahun dan ditahun terakhirdari kehidupan beliau. Jibril mengoreksi hafalan beliau dua kali.
Kelima, dan setelah al-Quran dibukukan, para Huffaz mengoreksi lembar perlembar dari mushaf ketika akan dicetak oleh percetakan tertentu. Dengan metode seperi inilah Allah telah menepati janjinya bahwa al-Quran adalah terpelihara.[3]
Dan Sayid Qutb yang telah menulis kitab Tafsir fenomenal di abad ini, dalam kitab Tafsirnya Fi Dhilalil Quran menyebutkan bahwa al-Quran sejak kemunculannya telah mengalami banyak usaha perubahan dan talbis dan tahrif dan juga fitnah-fitnah dari kelompok-kelompok yang menyimpang, sebagian mereka seperti Yahudi dan penyeru Qaumiyah bisa melakukan penakwilan terhadap hadits dan ayat al-Quran atau untuk mendukung pendapat mereka, tetapi satu yang tidak dapat mereka lakukan yaitu mendatangkan satu ayat seperti dalam al-Quran, sehingga al-Quran tetap terjaga sebagaimana ia diturunkan oleh Allah[4]
Selanjutnya mari kita bandingkan pendapat para ilmuwan tentang al-Quran dan bibel, pendapat para ilmuwan terhadap al-Quran: Pertama, Harry Gaylord Dormandalam buku “Towards Understanding lslam”, New York, 1948, p.3, berkata: “Kitab Qur’an ini adalah benar-benar sabda Tuhan yang didiktekan oleh Jibril, sempurna setiap hurufnya, dan merupakan suatu mukjizat yang tetap aktual hingga kini, untuk membuktikan kebenarannya dan kebenaran Muhammad.” Kedua, Sir William Muir dalam buku “The Life of Mohamet”, London, 1907; p. VII berkata sebagai berikut: “Qur’an adalah karya dasar Agama Islam. Kekuasaannya mutlak dalam segala hal, etika dan ilmu pengetahuan…” Ketiga, DR. J. Shiddily dalam buku “The Lord Jesus in the Qur’an”, p. 111, berkata: “Qur’an adalah Bible kaum Muslimin dan lebih dimuliakan dari kitab suci yang manapun, lebih dari kitab Perjanjian Lama dan kitab perjanjian Baru.”
Dan Pendapat Toko-tokoh Non Muslim terhadap Kitab Bibel.
Pertama, Dr. Mr. D. N. Mulder dalam bukunya “Pembimbing ke dalam Perjanjian Lama”, tahun 1963, pagina 12 dan 13, berkata sebagai berikut: “Buku ini dikarang pada waktu-waktu tertentu, dan pengarang-pengarangnya memang manusia juga, yang terpengaruh oleh keadaan waktunya dan oleh suasana di sekitarnya dan oleh pembawaan pengarang itu sendiri. Naskah-naskah asli dari Kitab Suci itu sudah tidak ada Iagi. Yang ada pada kita hanya turunan atau salinan. Dan salinan itu bukannya salinan langsung dari naskah asli, melainkan dari salinan dan seterusnya. Sering di dalam menyalin Kitab Suci itu terseliplah salah salin.”
Kedua, Drs. M. E. Duyverman dalam bukunya “Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru”, tahun 1966, pagina 24 dan 25, berkata sebagai berikut: “Ada kalanya penyalin tersentuh pada kesalahan dalam naskah asli yang dipergunakannya, lalu kesalahan itu diperbaikinya, padahal perbaikan itu sering mengakibatkan perbedaan yang lebih besar dengan yang sungguh asli. Dan kira-kira pada abad keempat, di Antiochia diadakan penyelidikan dan penyesuaian salinan-salinan; agaknya terdorong oleh perbedaan yang sudah terlalu besar diantara salinan-salinan yang dipergunakan dengan resmi dalam Gereja.”[5]
Dr.G.C Van Niftrik dan Dr. B.J Bolland :
“Kita tidak usah malu-malu, bahwa terdapat berbagai kekhilafan di dalam Alkitab; kekhilafan-kekhilafan tentang angka-angka perhitungan; tahun dan fakta. Dan tak perlu kita pertanggungjawabkan kekhilafan-kekhilafan itu pada caranya, isi Alkitab telah disampaikan kepada kita, sehingga kita akan dapat berkata: “Dalam naskah aslinya tentu tidak terdapat kesalahan-kesalahan, tetapi kekhilafan itu barulah kemudian terjadi di dalam turunan naskah itu. Isi Alkitab juga dalam bentuknya yang asli, telah datang kepada kita dengan perantaraan manusia” (Dogmatika Masa Kini, BPK Jakarta,1967, hal 298).
Dr. Mr D.C Mulder:
“Jadi benarlah Daud itu pengarang Mazmur yang 73 jumlahnya ? Hal itu belum tentu. Sudah beberapa kali kita suci menjumpai gejala bahasa orang Israel suka menggolongkan karangan-karangan di bawah nama orang yang termasyhur ……. Oleh karena itu tentu tidak mustahil pengumpulan-pengumpulan mazmur-mazmur itu (atau orang-orang yang hidup lebih kemudian) memakai nama Daud, karena raja itu termasyhur sebagai pengarang mazmur-mazmur. Dengan kata lain perkataan, pemakaian nama Daud, Musa, Salomo itu merupakan tradisi kuno, yang patut diperhatikan, tetapi tradisi itu tidak mengikat” (Pembimbing ke Dalam Perjanjian Lama, BPK Jakarta, 1963 hal. 205).
Dr. Welter Lempp;
“Susunan semesta alam diuraikan dalam Kitab Kejadian I tidak dapat dibenarkan lagi oleh ilmu pengetahuan modern” (Tafsiran Kejadian, hal 58). “Pandangan Kejadian I dan seluruh Alkitab tentang susunan semesta alam adalah berdasarkan ilmu kosmografi bangsa Babel. Pandangan itu sudah ketinggalan jaman” (Tafsiran Kejadian, hal, 65).
. Dr. R. Soedarmo:
“Dengan pandangan bahwa Kitab Suci hanya catatan saja dari orang, maka diakui juga bahwa di dalam Kitab Suci mungkin sekali ada kesalahan. Oleh karena itu Kitab Suci mungkin sekali ada kesalahan. Oleh karena itu Kitab Suci denganbentuk sekarang masih dapat diperbaiki” (Ikhtisar Dogamtika, BPK Jakarta, 1965 hal. 47). “Di dalam Perjanjian Baru pun ada kitab-kitab yang diragukan antara lain Surat Wahyu dan Yakobus yang disebut surat Jeram” (Ikhtisar Dogmatika, BPK Jakarta, 1965 hal. 49).
SOLUSI AKHIR
Karena Alkitab (Bibel) sudah terbukti kepalsuannya, maka seharusnya kita berpaling dari Alkitab (Bibel). Carilah kitab suci yang sudah teruji keasliannya sepanjang zaman. Ciri-ciri kitab suci tersebut adalah:
1. Keotentikannya dijamin langsung oleh Tuhan.
2. Masih ada bahasa aslinya sesuai dengan sewaktu kitab suci tersebut diturunkan kepada nabi yang menerimanya.
3. Mudah dihafal karena Tuhan memberikan kemudahan bagi umat-Nya untuk menghafalkan wahyunya.
4. Umat yang meyakininya banyak yang hafal kitab suci tersebut diluar kepala.
5. Tidak mengandung pornografi.
6. Tidak ada kontradiksi antar ayat.
7. Relevan sepanjang zaman.
NB: KEBENRAN ALQUR'AN TIDAK DIRAGUKAN LAGI, DISAMPING BUKTI YANG DIKATAKAN DALAM ALQUR'AN TERBUKTI KEBENRANNYA DAN BUKTI PENJAGAAN KEASLIANNYA DARI PERUBAHAN OLEH TANGAN MANUSIA, TIDAK ADA SATUPUN MANUSIA YANG BISA MENGUBAH DAN MENGOTAK ATIK ALQUR'AN, DAN ALLAH SELALU MEMBERI KEMUDAHAN UNTUK DIHAPAL OLEH MANUSIA, BAIK MANUSIA YANG MENGHAPAL SECARA LANGSUNG MAUPUN YANG LANGSUNG HAPAL SEPERTI YANG DILAKUKAN OLEH ABDURAHMAN, SEBAB KETIKA IA AWAL BICARA DIA MEMBACA SURAH ALKAHFI..SEMOGA BERMAMPAAT, AMIEN.....
SUMBER: http://www.shawati.com/vb/showthread.php?t=61316
Sunday 17 October 2010
Trik kristenisasi dalam memurtadkan umat islam
Pemikiran tokoh agama kristen dan ilmuan kristen berbeda dengan pemikiran ilmuan islam atau ulama islam, Ilmuan kristen dan tokoh agama kristen selalu berusaha untuk mengkristenkan umat islam, Kenapa gereja melakukan kristenisasi dengan penipuan, karena Gereja dan pendeta membutuhkan jema’at, Jema’at yang sudah ada milik gereja dan pendeta tertentu. Tiada jalan lain selain memurtadkan umat lain.Dan ini letak perbedaan masjid dengan gereja, masjid tidak dibenarkan menipu sedangkan gereja membenarkan menipu
Dan sistem kristenisasi menghalalkan berbagai cara, salah satu nya berkedok islami
dan video ini adalah salah stu bukti nyata ajaran kristen adalah ajaran penipu dan pembuat masalah,,coba kita dengaar video ini, pembacaan injil dimulai dengan membaca bismillahhirohmanirrohim( ayat alqur'an) dan ditutup dengan sodaqallahhalazim. dan tujuannya untuk manipulasi dan mengalabui umat islam yang tidak mengerti bahasa arab untuk dikrristenkan,
Pelaku dalam video ini adalah Institut Teologi Kalimatullah(ITK) pimpinan Josias Lengkong, sekolah Tinggi Teologi(STT), Apostolos pimpinan Yusuf Roni. Mereka memiliki ayat-ayat favorit dari al-Qur’an untuk legalisasi ajaran mereka. Dengan persiapan matang mendompleng kajian bersama dan mengetengahkan ayat-ayat al-Qur’an yang dijadikan senjata untuk memukul umat Islam.
Coba kita pikirkan permasalahan antara islam dan kristen diindonesia salah satu penyebabnya adalah kristenisasi yang menipulasi agama islam dan memacing kemarahan umat islam dan ini semua sudah diseting sedemikian rupa oleh untuk mengkelabui umat isalam.
Dan yang tidak habis pikir kenapa agama kristen menghalalkan penipuan dalam penyebaran agama, jikalau agama itu benar dan berasal dari tuhan tidak mungkin agama itu menghalalkan penipuan, dan ini adalah satu bukti bahwa agama kristen bukan agama dari tuhan tapi agama ciptaan manusia untuk kepentingan kelompok.
Dalam sidang Luar Biasa Dewan Gereja Indonesia di Hotel Sahid Surabaya tanggal 8-10 Juni 2001 mereka memutuskan tahapan strategi kristenisasi.
1. Strategi jangka panjang
a. Mewujudkan pemerintahan yang diisi oleh pejabat kristen
b. Mewujudkan agama Kristen sebagai komunitas mayoritas
c. Mewujudkan negara Kristen di Indonesia
2. Strategi jangka menengah
a. Mungupayakan pendirian gereja di seluruh pelosok tanah air
b. Membentuk pasukan yang siap untuk menghadapi musuh kristen
c. Mewujudkan sistem ekonomi terpusat di setiap daerah di Indonesia
3. Strategi jangka pendek
a. Merekrut jama’ah Kristen dengan jalan pemurtadan atau dengan kekayaan/uang
b. Membuat posko pengaduan segala macam kasus
Anggaran untuk grand strategi adalah 200 trilyunn, diantaranya untuk: Proyek Yerico, Proyek Andalas, Proyek Rencong, Proyek DKI, dll.
semoga infotmasi ini bisa bermampat dan supaya kita senantiasa hati2 dari penipuan agama kristen atau lebih kita kenal sistem ajaran preman.
Dan allah telah mengingatkan hal kepada kita sebagai mana dalam surat albaqoroh:Sebagian besar ahli kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran(kristen) setelah kamu beriman, karena dengki yang timbul dari diri mereka sendirir, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka maafkanlah dan biarkanlah mereka. Sampai Allah mendatangkan perintah-Nya*. Sesungguhnya Allah maha Kuasa Atas segala sesuatu.
NB: SEMOGA KITA SELALU SENANTIASA TERHDAP ORANG KRISTEN DAN KELICIKAN AGAMA KRISTEN BAIK TEMAN FB MAUPUN TETANGGA SEBELAH KITA, JANGAN SAMAPAI TERBUJUK OLEH EMBEL-EMBEL SEPERTI PAKAAN BEKAS,INDOMIE, BEROBAT GRATIS, DLL...
by: averroes cordova.
Dan sistem kristenisasi menghalalkan berbagai cara, salah satu nya berkedok islami
dan video ini adalah salah stu bukti nyata ajaran kristen adalah ajaran penipu dan pembuat masalah,,coba kita dengaar video ini, pembacaan injil dimulai dengan membaca bismillahhirohmanirrohim( ayat alqur'an) dan ditutup dengan sodaqallahhalazim. dan tujuannya untuk manipulasi dan mengalabui umat islam yang tidak mengerti bahasa arab untuk dikrristenkan,
Pelaku dalam video ini adalah Institut Teologi Kalimatullah(ITK) pimpinan Josias Lengkong, sekolah Tinggi Teologi(STT), Apostolos pimpinan Yusuf Roni. Mereka memiliki ayat-ayat favorit dari al-Qur’an untuk legalisasi ajaran mereka. Dengan persiapan matang mendompleng kajian bersama dan mengetengahkan ayat-ayat al-Qur’an yang dijadikan senjata untuk memukul umat Islam.
Coba kita pikirkan permasalahan antara islam dan kristen diindonesia salah satu penyebabnya adalah kristenisasi yang menipulasi agama islam dan memacing kemarahan umat islam dan ini semua sudah diseting sedemikian rupa oleh untuk mengkelabui umat isalam.
Dan yang tidak habis pikir kenapa agama kristen menghalalkan penipuan dalam penyebaran agama, jikalau agama itu benar dan berasal dari tuhan tidak mungkin agama itu menghalalkan penipuan, dan ini adalah satu bukti bahwa agama kristen bukan agama dari tuhan tapi agama ciptaan manusia untuk kepentingan kelompok.
Dalam sidang Luar Biasa Dewan Gereja Indonesia di Hotel Sahid Surabaya tanggal 8-10 Juni 2001 mereka memutuskan tahapan strategi kristenisasi.
1. Strategi jangka panjang
a. Mewujudkan pemerintahan yang diisi oleh pejabat kristen
b. Mewujudkan agama Kristen sebagai komunitas mayoritas
c. Mewujudkan negara Kristen di Indonesia
2. Strategi jangka menengah
a. Mungupayakan pendirian gereja di seluruh pelosok tanah air
b. Membentuk pasukan yang siap untuk menghadapi musuh kristen
c. Mewujudkan sistem ekonomi terpusat di setiap daerah di Indonesia
3. Strategi jangka pendek
a. Merekrut jama’ah Kristen dengan jalan pemurtadan atau dengan kekayaan/uang
b. Membuat posko pengaduan segala macam kasus
Anggaran untuk grand strategi adalah 200 trilyunn, diantaranya untuk: Proyek Yerico, Proyek Andalas, Proyek Rencong, Proyek DKI, dll.
semoga infotmasi ini bisa bermampat dan supaya kita senantiasa hati2 dari penipuan agama kristen atau lebih kita kenal sistem ajaran preman.
Dan allah telah mengingatkan hal kepada kita sebagai mana dalam surat albaqoroh:Sebagian besar ahli kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran(kristen) setelah kamu beriman, karena dengki yang timbul dari diri mereka sendirir, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka maafkanlah dan biarkanlah mereka. Sampai Allah mendatangkan perintah-Nya*. Sesungguhnya Allah maha Kuasa Atas segala sesuatu.
NB: SEMOGA KITA SELALU SENANTIASA TERHDAP ORANG KRISTEN DAN KELICIKAN AGAMA KRISTEN BAIK TEMAN FB MAUPUN TETANGGA SEBELAH KITA, JANGAN SAMAPAI TERBUJUK OLEH EMBEL-EMBEL SEPERTI PAKAAN BEKAS,INDOMIE, BEROBAT GRATIS, DLL...
by: averroes cordova.
Subscribe to:
Posts (Atom)